Mohon tunggu...
andy_the_learner
andy_the_learner Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Inggris

Very enthusiastic about optimizing English learning by injecting a great sense of humour and games in a classroom. Students are united in applying theories into useful speaking and writing practices.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Utang Budi

16 Maret 2024   18:57 Diperbarui: 16 Maret 2024   22:05 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hah? Dua juta? Ku tarik nafas dalam-dalam. Semakin sesak. Serasa udara tidak mau masuk ke dalam rongga paru-paruku. Berat. Hak hidupku rasanya terenggut oleh apa yang harus aku penuhi di kemudian hari. Sudah cukup banyak jalan yang aku tempuh. Tapi ujung-ujung nya berakhir ke satu muara. Hutang.

"Abi, ayo! Kalo terlambat sampai ke kliniknya pak Mantri, bisa antri lama lho!" ucap istriku membangunkan lamunanku.

--

"Waduh aku gak ada uang, Bud. Kau tahu sendiri semua penghasilanku dipegang sama istriku," jelas Zanuar saat aku meminjam uangnya. Sebagai sesama guru honorer, nasib kami tidak jauh beda. Sehingga untuk menanyakan sekedar ada uang saja, aku sebenarnya sudah cukup malu. Zanuar lebih beruntung karena istrinya juga bekerja. Kedua penghasilan mereka bisa dimaksimalkan menghidupi keduanya dan kedua anak mereka.

"Aku juga tidak akan pinjam kamu jika ndak kepepet semacam ini, Zan," ucapku pasrah.

"Maaf ya Bud. Bukan aku tidak mau memberimu pinjaman. Terus terang aku banyak berhutang budi sama kamu. Kamu  yang membimbing aku sampai aku jadi guru sepertimu. Cuman...untuk urusan uang...," Zanuar menggelengkan kepala. Kerut dikeningnya membuatku benar-benar menghentikan niatku.


"Gak papa, Zan," senyumku memahaminya. Akupun meninggalkannya

 

--

"Aku ora nduwe duwit le, utang e bojomu yo sik okeh nang kene. Aku lek barang ono, lek duwit sepurane yo" jelas Mak Pah dengan nada ketus.

Memang aku yang salah. Sudah istriku berhutang kebutuhan harian kami, eh aku masih juga pinjam uang kepadanya. Aku hanya bisa tertunduk lesu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun