PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa Indonesia (SD) di sekolah dasar bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berbicara dan membaca, termasuk pra-membaca, menyimak dan menulis. Mulai dari siswa kelas satu, empat bidang harus dikembangkan. Salah satu hal yang harus ditanamkan adalah cara membaca siswa. Cara membaca yang benar untuk siswa kelas satu adalah dasar dari melanjutkan pendidikan. Namun, keterampilan membaca awal di sekolah dasar tidak menarik perhatian para guru. Siswa tidak mau membaca dan tidak tertarik membaca. Guna meningkatkan minat membaca dan hasil belajar siswa maka perlu digunakan model pembelajaran pra membaca yang tepat untuk berbagai kegiatan pembelajaran. Membaca tidak hanya merupakan aktivitas mata, tetapi juga berperan dalam aspek tubuh lainnya.
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana peserta mulai membava ciri-ciri model pembelajaran dengan kata-kata grafis induktif sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa. Ciri-ciri model pembelajaran, prinsip-prinsip bagaimana mengikuti model pembelajaran dan memulai membaca dengan kata-kata induktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik model pembelajaran pra membaca melalui induksi kata grafis sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa, mengembangkan pembelajaran model tersebut didasarkan pada prinsip memulai membaca dari kata-kata induktif, mengembangkan prototipe model pembelajaran pra membaca induksi bergambar dengan nilai pendidikan karakter kelas satu di sekolah dasar, dan menjelaskan model pembelajaran pra membaca yang berisi teks bergambar induktif dengan nilai pendidikan karakter kelas satu di sekolah dasar.
PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SOSIALÂ
Nilai sekolah dasar dapat dibagi menjadi kelas bawah dan kelas atas. Kelas bawah teridir dari kelas satu, dua, tiga sedangkan kelas atas di sekolah atas terdiri dari kelas empat, lima dan enam. Di Indonesia rentang usia sekolah dasar adalah 6 atau 7 hingga 12 tahun. Usia siswa senior sekitar 9 sampai 12 tahun.
Menurut Witherington (1952) dari Makmun (1995: 50), usia 9-12 tahun ditandai dengan sikap individualistik yang berkembang s dari usia 6-9 tahun, dan ditandai dengan perkembangan sosial yang pesat. Pada tahap ini anak atau siswa berusaha memahami dirinya dengan membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. Jika tidak ada bimbingan dalam proses ini, anak seringkali mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Oleh karena itu, sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengatasinya. Sekolah merupakan tempat untuk melatih siswa dalam segala aspek proses dan memiliki tanggung jawab untuk membantu tumbuh kembang siswa. Tugas pembinaan siswa sekolah dasar menengah (Makmun, 1995: 68) meliputi:
1. Mengusulkan konsep-konsep yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
2. Membentuk hati nurani, moralitas, standar dan nilai
3. Mewujudkan kebebasan pribadi
4. Membentuk sikap terhadap kelompok dan institusi sosial.