Kami pun hanya bisa berdoa dan diberi petunjuk. Mendoakan semoga wadah MBG di sekolah kami sudah dipastikan halal dan aman. bukan berasal dari material atau bahan bermasalah. Dan sambil menunggu fatwa MUI dan atau regulasi BPOM yang mewajibkan wadah makanan khususnya MBG harus memenuhi standar kesehatan dan kehalalan secara transparan dan berintegritas.
Kegiatan MBG hari pertama juga disertai doa bersama. Anak-anak dipandu agar berdoa sebelum makan. Doa ini menjadi bentuk penyerahan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar makanan membawa berkah, bukan mudarat. Nilai religius ini penting karena makan tidak hanya soal gizi fisik tapi juga gizi spiritual. Dengan begitu, anak-anak terbiasa menghubungkan setiap nikmat dengan rasa syukur.
Ada pula momen lucu. Ada murid yang sempat begitu semangat. Sampai-sampai kuah acarnya diminum. Pemandangan itu sontak bikin teman-teman yang lain tertawa. Kejadian seperti itu justru mencairkan suasana yang sedari awal diliputi rasa was-was dan keraguan. Momen makan bersama ini akhirnya meningkatkan rasa kebersamaan dan mengurangi stres pada anak-anak.
Guru pun memanfaatkan momentum ini untuk menyisipkan pesan karakter berupa ajakan agar siswa tidak sengaja menyisakan makanan. Pesan ini sejalan dengan ajaran agama dan juga prinsip food sustainability.
Hari pertama ini juga kami menandai ada yang disukai dan tidak disukai anak-anak. ini penting agar menu berikutnya bisa disesuaikan dengan selera sekaligus kebutuhan gizi siswa.
Meski program MBG tampak carut-marut. saat ini yang bisa dilakukan adalah percaya MBG bukan sekadar program tapi bagian dari upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan anak bangsa.
Hari pertama MBG di sekolah kami akhirnya menutup hari dengan rasa lega, syukur, dan semangat baru.
Semoga esok dan seterusnya, MBG tidak tiba-tiba membuat siswa keracunan. Serta bukan hanya menjadi rutinitas makan gratis. tapi juga jembatan menuju generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkarakter. Itu aja sih.
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.