Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Harap-harap Cemas Kedatangan Eksperimen MBG

21 September 2025   10:33 Diperbarui: 22 September 2025   16:16 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MBG di salah satu sekolah di kecamatan yang sama dengan sekolah kami. (Foto koleksi AKBAR PITOPANG)
MBG di salah satu sekolah di kecamatan yang sama dengan sekolah kami. (Foto koleksi AKBAR PITOPANG)

Beberapa waktu lalu, mencuat kabar bahwa food tray atau wadah MBG mengandung minyak babi. Kabar ini sontak membuat publik terutama umat muslim geger. Indonesia dikenal sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Wajar jika isu halal-haram langsung menjadi perhatian utama.

Apalagi, ketika hasil uji laboratorium mengklaim adanya kandungan turunan babi dalam wadah. Seketika kepercayaan masyarakat makin goyah. Program yang seharusnya mulia justru berpotensi menjerumuskan umat muslim pada kekhawatiran akan berdosa. Tidak ada orangtua yang mau anaknya makan dari wadah yang diharamkan.

Sejak kabar itu beredar, tentu akan banyak sekolah maupun orangtua memilih untuk berhati-hati. Kini justru merasa lebih aman jika MBG tak kunjung datang.

Ironis memang. Dulu, kami rindu sekali ingin siswa bisa mencicipi MBG. sekarang malah muncul doa sebaliknya: semoga tidak datang dulu, daripada menimbulkan masalah.

Padahal, jika dikelola dengan benar MBG bisa menjadi salah satu program revolusioner dalam dunia pendidikan Indonesia. Banyak negara maju yang memiliki program serupa. Anak didik bukan hanya makan tapi juga belajar budaya antre, kebersamaan, dan tanggung jawab setelah makan.

Artinya, program makan gratis bukan sesuatu yang mustahil bisa berjalan sukses. Tapi tentu saja butuh manajemen yang matang, pengawasan ketat, dan keseriusan pemerintah.

Di Indonesia, tantangan MBG begitu kompleks. Mulai dari rantai distribusi bahan makanan, standar higienitas, selera anak-anak, hingga persoalan kepercayaan masyarakat.

Kasus keracunan seharusnya bisa diantisipasi jika ada standar pengawasan makanan yang jelas dan ketat. Mulai dari penyimpanan, pengolahan, hingga distribusi.

Di sisi lain, edukasi kepada anak-anak juga penting. Bahwa makanan bergizi harus dihabiskan bukan disisakan begitu saja. Mubazir makanan sejatinya bukan sekadar soal sampah tetapi juga soal etika dan tanggung jawab. Dalam Islam sendiri, membuang makanan adalah sesuatu yang sangat dilarang. Jika program MBG bisa dipadukan dengan pendidikan karakter maka siswa akan belajar tidak hanya makan gratis tapi juga menghargai rezeki yang datang.

Jaminan halal untuk wadah MBG tentu harus segera dijernihkan. Pemerintah tak bisa hanya diam dan membiarkan kabar simpang siur. Harus ada uji laboratorium resmi, hasil yang transparan, serta sertifikasi halal yang jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun