Sekolah adalah institusi pendidikan yang tak pernah sepi dari sorotan publik. Ia berada di garis depan pelayanan masyarakat. Karena hampir setiap keluarga pasti bersinggungan dengannya.
Seiring berjalannya waktu, sekolah bukan hanya menjadi tempat menimba ilmu. Tapi juga menjadi pusat interaksi sosial, pendidikan karakter, dan wadah tumbuh kembang generasi bangsa.
Wajar bila masyarakat memberikan perhatian lebih pada sekolah. Mulai dari pujian atas inovasi hingga kritik atas kekeliruan. Semua adalah bagian dari dinamika.
Kritik dan pujian sejatinya adalah dua sisi mata uang dalam dunia pelayanan publik. Keduanya dibutuhkan agar sekolah terus bertumbuh dan berbenah.
Namun, tidak semua orang punya keberanian menyampaikan kritik secara langsung. Ada rasa segan, takut dianggap mencampuri urusan internal, khawatir terhadap intimidasi, atau khawatir terjadi konflik.
Maka muncullah media sosial sebagai ruang menyuarakan isi hati. Melalui kolom komentar, cuitan, hingga konten video, masyarakat bisa memberi masukan tanpa harus tatap muka.
Meski begitu, tak jarang kritik di media sosial justru tak sampai pada sasaran. Komentar sengaja langsung dihapus, akun diblokir, atau kolom komentar dinonaktifkan.
Dalam kondisi seperti itu, mengirim ulasan via Google Maps sempat menjadi alternatif paling rasional dan netral. Kita bisa memberi rating dan menuliskan pengalaman.
Bahkan banyak masyarakat yang dengan jujur menuliskan kesan mereka setelah berinteraksi dengan sebuah sekolah. baik saat mendaftarkan anak, menjemput anak, maupun mengikuti kegiatan.