Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

MPLS dan Mencermati "Culture Shock" di Lingkungan Sekolah Baru

20 Juli 2023   11:50 Diperbarui: 22 Juli 2023   03:18 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi murid pindahan alami culture shock di awal Tahun Ajaran Baru. (Foto Akbar Pitopang)

Dengan pemahaman yang mendalam tentang potensi culture shock, guru dapat merancang strategi pembelajaran yang inklusif dan memperkenalkan siswa kepada lingkungan sekolah secara bertahap, sehingga meredakan ketegangan atau guncangan yang mungkin muncul didalam dirinya.

Sekolah juga memiliki peran vital dalam menciptakan suasana yang ramah dan penuh dukungan bagi murid baru dan pindahan. Dengan menyelenggarakan program orientasi yang informatif dan menyenangkan, sekolah dapat membantu siswa baru merasa diterima dan diakui sebagai bagian dari komunitas atau warga sekolah. 

Momen-momen ini juga menjadi kesempatan untuk memperkenalkan nilai-nilai positif atau praktik baik di sekolah dan mengajarkan tentang keberagaman budaya, sehingga dapat membantu murid pindahan untuk memahami dan menghormati perbedaan di antara siswa.

Sungguh, peran orangtua tidak kalah pentingnya dalam mendukung anak-anak mereka menghadapi culture shock di sekolah baru. Dukungan dan perhatian orangtua sangat berarti bagi proses adaptasi tersebut. 

Melibatkan orangtua dalam kegiatan MPLS dan memberi wawasan tentang program pembelajaran akan memperkuat peran orangtua sebagai pendamping dalam menjembatani perbedaan budaya dan lingkungan baru di sekolah.

Culture shock dapat berdampak negatif pada kinerja akademis dan kesejahteraan emosional atau kesehatan mental siswa jika tidak ditangani dengan baik. 


Rasa cemas, kebingungan, dan perasaan kesepian dapat mengganggu proses belajar dan mengurangi kepercayaan diri siswa. Oleh karena itu, langkah-langkah proaktif harus diambil oleh seluruh pihak yang terlibat.

Mendukung siswa baru dan pindahan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler juga merupakan cara yang efektif untuk membantu mereka menemukan lingkungan sosial yang nyaman. 

Dengan terlibat dalam aktivitas yang diminati, siswa dapat merasa lebih dekat dengan teman sekelas dan menemukan diri mereka sendiri dalam lingkungan yang lebih santai dan tidak terlalu menekan.

Pola komunikasi yang baik antara guru, sekolah, dan orangtua merupakan pondasi untuk membantu siswa mengatasi culture shock. 

Dengan mendengarkan kekhawatiran dan harapan siswa, serta berbagi informasi tentang kemajuan akademis dan sosial, akan memperkuat sinergi dalam mendukung perkembangan siswa tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun