Benarkah Anak Muda Lebih Suka WFH dan "Bukan Anak Muda" Memilih WFO?

Dengan dicabutnya aturan PPKM maka pola kerja yang berlaku selama pandemi dari kebiasaan bekerja dari rumah (WFH) beralih kembali dilakukan dari kantor (WFO).

Perubahan pola kerja ini mengundang perhatian banyak pekerja. Yang namanya masa transisi selalu membuat orang-orang yang telah merasa nyaman akan sesuatu menjadi terusik.

Baca juga: Relevansi Adat Minangkabau Mengkaji Isu Resesi Sex di Indonesia

Sebelum masa pandemi, ketika semua orang bekerja di kantor kemudian dialihkan menjadi WFH, banyak di antara pekerja yang mengeluh. 

Padahal lambat laun WFH ternyata cukup seru dan menyenangkan karena bekerja terasa lebih fleksibel sambil melakukan banyak aktivitas produktif ketika berada di rumah.

Ehhh, sekarang WFH akan dialihkan kembali dengan bekerja dari kantor. 

Tentu banyak diantara pekerja yang sudah nyaman dengan pola WFH menjadi ogah-ogahan untuk kembali menjalani rutinitas bekerja di kantor.

Baca juga: "The City of Randang", Branding Payakumbuh Kota Rendang dan Geliat Ekonomi Daerah

Dengan pola yang berlaku: berangkat kerja subuh, pulang kerja sampai dirumah sudah malam, berkutat dengan kemacetan, berjejalan di transportasi publik seperti kereta api atau MRT, dan seterusnya.

Disinyalir bawah memang anak muda lebih suka untuk bekerja dari rumah (work from home).

Baca juga: Transformasi BRI Membawa UMKM Rendang Semakin Mendunia di Pasar Global

Sedangkan bagi pekerja yang sudah "bukan anak muda lagi" lebih bersikap tidak terlalu enggan dengan aturan untuk kembali bekerja di kantor.

Apa alasan anak muda lebih suka work from home (WFH)?

1. Bekerja dari rumah terasa lebih fleksibel