Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi ANBK | Penggerak KomBel

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Korelasi Pendidikan, Budaya Hidup Bersih dan Mentalitas Jepang di Piala Dunia 2022

29 November 2022   14:25 Diperbarui: 2 Desember 2022   09:46 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suporter Jepang bersih-bersih stadion. (GETTY IMAGES via BBC INDONESIA)

Piala Dunia Qatar 2022 menampilkan banyak hal menarik yang patut untuk kita cermati bersama. Diluar pergunjingan yang menganggap bahwa piala dunia edisi kali ini terasa hampa, Qatar sebagai "negara kecil" yang terlalu dikerdilkan, serta dipenuhi oleh drama lainnya diluar topik yang membicarakan negara mana yang akan menjadi jawara.

Salah satu kisah menarik dalam pagelaran Piala Dunia Qatar 2022 adalah perihal aksi sangat terpuji dari tim sepak bola dan suporternya dari negara "matahari terbit" yaitu Jepang.

Usai gelaran pertandingan antara Jepang melawan Jerman pada 23 November yang lalu, dengan kemenangan berpihak kepada timnas yang berjuluk "samurai biru" itu. 

Usai laga pertandingan tersebut, baik timnas maupun fans yang memadati stadion meninggalkan bukti kebiasaan positif berupa aksi bersih-bersih tribun. Sebuah aksi yang sangat terpuji.

Sementara timnas Jepang membereskan ruang ganti setelah mereka menggunakannya saat pertandingan digelar. Sedangkan suporter dan fans timnas Jepang membersihkan sampah yang berserakan di sekitar tribun mereka memberikan dukungan terhadap timnas kebanggannya.

Pertandingan sepak bola antara Jepang melawan Jerman menyisakan kekaguman bagi kita semua. Kebiasaan ini menuai banyak pujian terutama oleh netizen dari seluruh dunia. Tak terkecuali netizen yang berasal dari negara +62 alias Indonesia tercinta yang juga ikut takjub.

Tidak kali ini saja timnas Jepang dan suporternya melakukan aksi bersih-bersih. Pada saat Piala Dunia Rusia 2018 dan Piala dunia Brazil 2014 lalu pun juga demikian. 

Usai opening ceremony dan laga pertandingan, saat fans negara lain langsung pergi meninggalkan tribun stadion dengan menyisakan sampah dimana-mana. Orang Jepang yang ada disana tidak bisa undur diri begitu saja.

Setelah stadion sepi maka selanjutnya plastik biru muda keluar dari saku dan tas penonton. Fans Jepang memungut sampah yang tercecer di sekitar mereka berada. 

Sedikit demi sedikit, lama-lama jajaran plastik biru mulai terlihat di bangku-bangku stadion yang sudah penuh dengan sampah yang ada.

Namun bagi mereka, bersih-bersih tempat setelah digunakan, sudah menjadi sebuah kebiasaan yang mendarah daging. Tidak hanya bersih-bersih di stadion, orang Jepang akan membersihkan apa yang mereka sentuh dalam keseharian. 

Jika mereka usai menggunakan toilet umum maka mereka akan memastikan toilet tersebut nyaman digunakan oleh pengguna berikutnya. 

Aksi bersih-bersih adalah kebiasaan yang sudah melekat dalam setiap pribadi Jepang. Namun kebiasaan tersebut tentu tidak langsung ada begitu saja. 

Seluruh masyarakat Jepang akan dibiaskan untuk menjaga kebersihan sejak dini. Pelajar di sana selalu aktif terlibat dalam kegiatan gotong-royong membersihkan kawasan sekolah. 

Tidak akan ada seorang pun yang enggan dan sok jijik jika harus memungut sampah yang berserakan. Siapapun itu, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa.

Oleh sebab itu, aksi terpuji tersebut sangat pantas untuk kita semua menirunya dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Memaksimalkan peran kurikulum pendidikan di Indonesia mewujudkan budaya cinta kebersihan 

Dalam kurikulum operasional sekolah saat ini bahkan sejak dulu sudah memasukkan unsur materi pelajaran tentang cinta kebersihan dan kesehatan.

Pada Kurikulum 2013 yang lalu ada materi tentang kebersihan yang disisipkan pada pelajaran tema maupun bidang studi agama dan PJOK.

Itu artinya materi tentang penanaman sikap menjaga kebersihan dan kesehatan sudah diajarkan kepada peserta didik di sekolah.

Melalui kegiatan-kegiatan yang berguna untuk bagaimana menanamkan kesadaran siswa akan kebersihan pun sudah digalakkan oleh guru dan sekolah.

Tidak hanya sekadar menerangkan bahwa kebersihan merupakan suatu hal yang positif namun juga didukung oleh dalil berupa ayat Al Quran dan hadits misalnya dalam pelajaran PAI.

Guru selalu mengajak siswa untuk menjaga kebersihan yang disampaikan di kelas maupun pada saat siswa mengikuti kegiatan-kegiatan bersama seperti pada saat mengikuti upacara, berkumpulan di halaman/lapangan sekolah, mengikuti kegiatan IMTAQ (Iman dan Taqwa) dalam pendidikan agama islam, dan sebagainya.

Kegiatan IMTAQ ini menjadi peneguh karakter pribadi seorang siswa guna menjaga nilai moral di tengah era globalisasi dan modernisasi saat ini. Guru Agama Islam yang mengajarkan siswa untuk berdisiplin dan menjaga kebersihan, merupakan salah satu indikator pembentuk kualitas iman dan taqwa yang tercantum didalamnya.

Aksi bersih-bersih di lingkungan sekolah (foto Akbar Pitopang)
Aksi bersih-bersih di lingkungan sekolah (foto Akbar Pitopang)

Secara konsisten sekolah mengadakan kegiatan tentang budaya positif sekolah berupa gotong-royong dan aksi bersih-bersih lainnya di ruang kelas dan lingkungan sekolah.

Ada pula sekolah mengikuti program Adiwiyata guna membumikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi seluruh warga sekolah.

Turunannya bisa berupa kegiatan bank sampah sekolah yang terus mengajak siswa serta guru untuk belajar bertanggung jawab dan mengelola sampah yang dihasilkan dan berbagai aktivitas.

Bank Sampah untuk pembiasaan warga sekolah bertanggung jawab mengelola sampah (foto Akbar Pitopang)
Bank Sampah untuk pembiasaan warga sekolah bertanggung jawab mengelola sampah (foto Akbar Pitopang)

Sekarang tinggal bagaimana memaksimalkan peran dan fungsi adanya kurikulum tentang kebersihan sudah diberlakukan.

Pada sekolah-sekolah di Jepang mengarahkan muridnya untuk membersihkan dan memelihara kelas mereka bagi siswa setara SD. Sementara itu siswa sekolah menengah setara SMP atau SMA, mereka baru diberi tugas lebih yaitu membagi jadwal piket, melayani makan siang untuk teman-teman dan bahkan membersihkan toilet. 

Dalam sebuah buku berjudul 'Looking into the Lives of Children' --- sebuah buku yang menjelaskan tentang pendidikan di Jepang --- menyatakan tujuan utama pendidikan Jepang adalah untuk menumbuhkan kemampuan siswa untuk menjadi anggota masyarakat Jepang yang sepenuhnya terintegrasi dan produktif. [sumber]

Budaya positif di sekolah-sekolah Indonesia untuk mewujudkan perilaku hidup besih dan sehat bagi generasi bangsa (foto Akbar Pitopang)
Budaya positif di sekolah-sekolah Indonesia untuk mewujudkan perilaku hidup besih dan sehat bagi generasi bangsa (foto Akbar Pitopang)

Sebenarnya upaya yang ditanamkan sekolah-sekolah di Jepang sudah hampir sama dengan apa yang diterapkan guru dan sekolah dalam kurikulum yang diberlakukan dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Namun mengapa masih rendahnya kesadaran siswa dalam upaya mewujudkan kebersihan dan kesehatan diri, masih akan menjadi tantangan tersendiri dalam kurikulum nasional yang harus dituntaskan dan diurai akar problematikanya.

Pembiasaan aksi peduli kebersihan perlu digalakkan orangtua dan segenap lapisan masyarakat

Proses pembiasaan perilaku cinta kebersihan yang sudah digalakkan di lingkungan sekolah tidak akan terwujud dengan maksimal tanpa adanya dukungan dari segenap unsur masyarakat termasuk tentunya diperlukan dukungan dari orang tua sebagai ruang lingkup pendidikan informal.

Pola hubungan antara siswa sekolah dan kebiasaan masyarakat akan saling terkait dalam hal pola pengaruh satu sama lain.

Seketat apapun guru dan sekolah mengarahkan siswa membiasakan diri cinta kebersihan ini namun masyarakat terlihat membuang sampah sembarangan dan tidak ada menunjukkan budaya positif tentu siswa juga akan ikut-ikutan melakukan perilaku yang buruk tersebut.

Kebiasaan baik tentang PHBS yang dibiasakan sekolah hendaknya berkelanjutan di kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitar (foto Akbar Pitopang)
Kebiasaan baik tentang PHBS yang dibiasakan sekolah hendaknya berkelanjutan di kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitar (foto Akbar Pitopang)

Hal yang paling signifikan dalam upaya membiasakan sebuah perilaku --- baik positif maupun negatif --- adalah melalui proses keteladanan.

Jika masyarakat dapat menunjukkan budaya positif cinta kebersihan kepada siswa maka generasi muda akan ikut pula mengamalkannya.

Mentalitas ini harus dibangun secara penuh oleh semua pihak tanpa syarat dan tanpa terkecuali.

Masyarakat Indonesia hendaknya dapat pula meniru kebiasaan masyarakat Jepang guna menjadi warga negara yang sangat mencintai kebersihan. 

Upaya pembiasaan cinta kebersihan ini hendaklah tidak hanya dilakukan di ruang privat, namun pada fasilitas umum yang ada pun selalu bersih dan terawat. Dijauhkan dari tangan-tangan tak bertanggung jawab.

Ini menjadi sebuah tantangan bagi sistem pendidikan Indonesia dalam membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi generasi. Agar terwujud budaya hidup bersih dan sehat yang akan membangun kekuatan untuk kemajuan bangsa.

Semoga Indonesia bisa terinspirasi dari hal-hal positif dalam penyelenggaraan Piala Dunia Qatar 2022 ini. Jangan hanya sekadar larut dalam merayakan euforia semata.

Salah satunya membiasakan hidup bersih dan sehat, yang bisa kita mulai dari diri sendiri. 

Ayo Indonesia, kita semua pasti bisa!

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

Akbar Pitopang untuk Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun