Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Tips Financial Planning bagi Pasangan Muda Menghindari "Two-Income Trap"

14 September 2022   04:52 Diperbarui: 15 September 2022   05:45 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menabung (SHUTTERSTOCK/AFRICA STUDIO)

Pasangan muda yang telah menikah, kebanyakan saat ini sudah memiliki kemampuan finansial yang cukup baik.

Kemampuan finansial yang cukup baik yang kami maksud adalah pasangan muda ini baik suami maupun istri memiliki pendapatan atau penghasilannya masing-masing. Itu artinya bahwa suami dan istri sama-sama bekerja dan mendapatkan gaji. 

Fenomena ini sudah dianggap biasa untuk saat ini karena memang anak muda sudah banyak yang mau bekerja dan tidak hanya mengandalkan warisan atau harta orang tua.

Bagi pasangan muda yang baru menikah dengan kemampuan finansial yang cukup baik dengan sumber dana keuangan berasal dari suami dan istri. Tentu kondisi ini akan memberikan dampak terhadap bagaimana pandangan terkait alokasi penggunaan dana keuangan dalam rumah tangga pasangan muda.

Pada situasi ini pasangan muda harus mampu memahami kebutuhan dan mengelola keuangan rumah tangga secara bijak dengan alokasi sesuai dengan yang semestinya. 

Karena jika pasangan muda sempat terpeleset terhadap keinginan untuk membeli serta membelanjakan uangnya tanpa perencanaan yang matang maka kondisi finansial pasangan muda kedepannya dapat mengalami berbagai permasalahan dan carut-marut.

Di masa awal membina rumah tangga, tentu tingkat kebutuhan keduanya masih rendah dengan jumlah anak yang mungkin masih satu atau dua orang. 

Pasangan muda merencanakan keuangan untuk menghindari two-income trap (Foto: shutterstock)
Pasangan muda merencanakan keuangan untuk menghindari two-income trap (Foto: shutterstock)

Namun dari gabungan total pendapatan suami dan istri yang ketika diakumulasikan jumlahnya cukup besar maka pasti pasangan muda akan tergoda untuk belanja ini itu sesuai kebutuhan maupun sesuai keinginan masing-masing pihak.

Pasangan muda yang memiliki gambaran kebutuhan di masa depan mungkin saja akan berniat untuk membeli rumah dan membeli mobil, atau bahkan untuk investasi saham maupun tanah.

Kebutuhan tersebut wajar saja jika ingin dipenuhi oleh pasangan muda dengan dasar total pendapatan yang cukup logis untuk dialokasikan untuk pembiayaan kebutuhan yang disebutkan di atas.

Dua hal yang terkadang secara buru-buru ingin dipenuhi oleh pasangan muda adalah kebutuhan untuk memiliki rumah sendiri dan mobil pribadi.

Kedua hal tersebut masing-masing memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Namun harus benar-benar dilakukan dengan perhitungan yang matang agar pasangan muda di kemudian hari tidak terjebak akibat kesulitan membayar cicilan rumah beserta cicilan mobil.

Pasangan muda harus berembuk dan menimbang-nimbang mana saja kebutuhan yang perlu untuk pertama sekali dipenuhi.

Jika dilakukan perhitungan secara matang tentu kemungkinan besar kebutuhan rumah tangga yang wajib dipenuhi adalah keberadaan rumah untuk tempat tinggal bersama keluarga tercinta.

Oleh sebab itu, pasangan muda harus mendahulukan menyelesaikan cicilan rumah, baru setelah itu membayar cicilan yang lain misalkan untuk mobil, tanah, ruko dan sebagainya.

Jangan sampai pasangan muda masuk jebakan two-income trap (ilustrasi via ilovelife.co.id)
Jangan sampai pasangan muda masuk jebakan two-income trap (ilustrasi via ilovelife.co.id)

Karena jika tidak seperti itu maka pasangan muda bisa terjebak pada fenomena "two-income trap" atau jebakan dua sumber penghasilan.

Akibat suami dan istri yang sama-sama memiliki penghasilan, mereka langsung mengalokasikan semua pendapatannya untuk membayar cicilan. Dengan kata lain total pendapatan yang ada, lebih besar dialokasikan untuk membayar cicilan ketimbang disisihkan untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih penting.

Rekan kerja kami yang sudah senior dan atau hampir memasuki masa purnabakti pernah mengingatkan untuk segera memiliki rumah karena secara kebetulan suami dan istri sama-sama bekerja dan memiliki penghasilan yang cukup untuk membeli sebuah rumah.

Caranya adalah gaji suami dapat dialokasikan dengan jumlah yang cukup besar untuk membayar cicilan rumah. Sedangkan penghasilan istri dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan harian rumah tangga.

Tentu hal tersebut didahului dengan dasar perhitungan total keseluruhan dari penghasilan suami istri setiap bulannya.

Jika suami sebagai seorang ASN golongan 3A atau sebagai pegawai tetap yang menerima gaji perbulan dengan besaran sekitar Rp3 juta serta menerima TPP (tambahan penghasilan pegawai) --- tapi belum tentu setiap bulan cair --- dan tunjangan lainnya.

Lalu, istri yang bekerja di rumah sakit atau instansi lain memperoleh penghasilan bulanan sekitar Rp3,5 juta.

Jadi total penghasilan suami dan istri perbulannya sekitar Rp6,5 juta.

Selanjutnya adalah menentukan satu kebutuhan penting yang hendak dipenuhi pertama kali. Boleh mendahulukan membeli rumah, ataupun lebih mendahulukan membeli mobil. Hal itu tentu tergantung kebutuhan yang dirasa cukup mendesak.

Jika misalkan pilihan pertama untuk membeli rumah seharga misalkan Rp180 juta. Maka untuk menyicil rumah menggunakan penghasilan bulanan dari suami. Dengan besaran cicilan Rp3 juta setiap bulannya, cicilan rumah bisa lunas dengan tenor 4 tahun saja.

Untuk penghasilan istri yang diterima setiap bulannya sebesar Rp3,5 juta bisa dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti membeli kebutuhan pokok, membayar listrik, ikut arisan, dikirim untuk orang tua, serta untuk kegiatan amal ibadah. 

Sisanya dapat ditabung sebagai dana pegangan yang dapat digunakan ketika dalam keadaan terdesak. Dan sesekali jika memungkinkan maka pasangan muda ini bisa melakukan kegiatan yang bersifat entertain seperti makan di restoran atau berwisata keluarga.

Mengalokasikan salah satu sumber pendapatan antara suami dan istri untuk memenuhi kebutuhan penting (Foto: shutterstock)
Mengalokasikan salah satu sumber pendapatan antara suami dan istri untuk memenuhi kebutuhan penting (Foto: shutterstock)

Jika masih ada tambahan penghasilan seperti misalkan suami menerima TPP atau tamsil, maka tambahan pendapatan tersebut bisa ditabung.

Dengan cara seperti itu pasangan muda dapat terhindar dari jebakan dua sumber pengasilan atau two-income trap. Namun pasangan muda tetap dapat memenuhi kebutuhan penting dalam urusan rumah tangganya.

Ketika misalkan cicilan rumah sudah lunas maka pendapatan suami bisa dialihkan kembali untuk membayar cicilan lain seperti mobil.

Kalkulasi perhitungan pembayaran cicilan seperti yang disebutkan di atas dapat terjadi jika kemungkinan besar dalam masa pembayaran cicilan rumah tadi istri tidak resign dari tempatnya bekerja. Karena jika ada rencana untuk resign maka tentu lain lagi ceritanya.

Sebenarnya ada cara lain pula untuk mempertahankan istri tetap dapat bekerja tanpa harus resign karena ingin mengurus anak di rumah, yakni dengan merekrut anak atau baby sitter yang bekerja hanya setengah hari sampai suami selesai bekerja.

Untuk pembayaran gaji pengasuh anak bisa diambil dari tabungan yang berasal dari tunjangan dan tambahan penghasilan yang tadi diterima oleh suami.

Oleh sebab itu, pasangan muda harus mampu mencermati keadaan yang ada dan mengelola pendapatan penghasilan secara cermat dan bijak.

Penghasilan yang diterima oleh suami dan istri ketika tidak dapat dikelola dengan baik dan tidak segera digunakan untuk memenuhi kebutuhan penting seperti membeli rumah tentu dapat menimbulkan kerugian bagi pasangan muda tersebut.

Karena kesempatan untuk menyicil rumah hanya dapat dilakukan dengan mudah dan tanpa tekanan yang terlalu berat ketika anak masih kecil.

Ketika anak sudah semakin besar dan memasuki dunia sekolah tentu kebutuhan pasangan muda akan lebih banyak dialokasikan untuk dana pendidikan anak.

Jika pasangan muda dapat melakukan financial planning dengan baik dan mampu mengelola total penghasilan suami istri dengan bijak maka akan memberikan dampak yang signifikan bagi pasangan muda untuk memenuhi segala kebutuhan rumah tangganya tanpa harus dipengaruhi oleh drama dan tekanan eksternal seperti akibat pembayaran cicilan yang tertunggak.

Semoga informasi ini bermanfaat bagi pasangan muda yang antara suami dan istri sama-sama bekerja dan memiliki penghasilannya masing-masing.

Agar dapat merencanakan keuangan dengan bijak dan penuh dengan perhitungan yang matang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi rumah tangga.

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.
[Akbar Pitopang]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun