Mohon tunggu...
Akbar Hars
Akbar Hars Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa biasa

Bismillah. Hanya seorang mahasiswa biasa. Silahkan yang berkenan berkunjung, kunjungi blog saya: wadahhumaniora.blogspot.co.id Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan featured

Review Novel Bumi Manusia, Karya Pramoedya Ananta Toer

25 Januari 2018   11:23 Diperbarui: 27 Mei 2018   16:20 18143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ceritapribumi.wordpress.com

"Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan." Salah satu kutipan dalam buku ini yang mengena di relung hati dan pikiran saya. Diucapkan oleh Jean Marais, seorang tokoh berkebangsaan Prancis yang menjadi teman dekat dan rekan kerja dari Minke. 

Jean Marais adalah mantan tentara Belanda yang berperang di Aceh, dan memiliki anak dari ibunya yang merupakan orang Aceh, May Marais namanya. Dalam buku ini, digambarkan bahwa Jean Marais adalah orang yang bijak, dan merupakan teman Minke dalam mencurahkan perasaan dan mengutarakan pendapatnya. Hingga akhir dalam buku ini, Jean selalu mengikuti perkembangan Minke dan memberikan dukungan dan simpati untuk Minke.

Minke, dengan nama pena Max Tollenaar, dikenal luas oleh berbagai kalangan di Hindia. Tulisan-tulisannya dikenal kritis terhadap situasi dan kondisi di Hindia pada masa itu berdasarkan kacamata dan pandangannya. Kebanyakan berkisah mengenai pengalaman hidupnya. Tulisan-tulisannya bahkan disukai oleh Magda Peters, guru yang dicintainya di sekolah. 

Hanya dia satu-satunya orang yang selalu mendukung dan mendorongnya di H.B.S. Surabaya. Sayangnya beberapa waktu kemudian dia terusir dari Hindia Belanda karena pandangan dan pemikirannya yang dianggap liberal. Dialah guru favorit Minke, guru yang bahkan mengetahui kehidupan pribadi dari muridnya itu dan selalu bersimpati terhadap kesusahan dan cobaan yang dihadapinya.

Hubungannya dengan Annelies yang berujung pernikahan diantara keduanya juga bukan tanpa rintangan. Minke yan memiliki hubungan buruk dengan ayah dan abangnya, dianggap telah melampaui batas oleh ibundanya. Minke dianggap sudah berubah, dan tidak menghormati orang tua dan saudaranya sebagaimana adat Jawa mengajarkan. 

Ia sangat jauh dengan budaya Jawa, budaya leluhurnya. Salah satu kata-kata bijak dari ibundanya perihal perilakunya saya kutip disini, "Bunda tak hukum kau. Kau sudah temukan jalanmu sendiri. Bunda takkan halangi, juga takkan panggil kembali. Tempuhlah jalan yang kau anggap terbaik. Hanya jangan sakiti orang tuamu, dan orang yang kau anggap tak tahu segala sesuatu yang kau tahu."

Akhir dari kisah ini memang memilukan. Bagaimana tidak, Minke kehilangan istri cantik yang dicintainya dan Nyai Ontosoroh yang merupakan mertuanya kehilangan hak atas perusahaan yang telah ia besarkan secara susah payah. Semua terjadi begitu saja karena keputusan pengadilan yang memang berat sebelah. Penyebabnya tak lain adalah kemunculan Maurits Mellema, yang merupakan anak sah dari Herman Mellema dari Nederland yang merasa berhak mendapatkan warisan berupa harta kekayaan dan perusahaan milik ayahnya.

Kisah didalam buku ini mengalir bagaikan arus yang tenang namun menghanyutkan. Membuat setiap orang yang membacanya ketagihan untuk membaca setiap halaman dari kisah Minke ini. Penggambaran mengenai kehidupan masyarakat di masa pendudukan Belanda, strata sosial yang ada, serta penggambaran mengenai perkembangan teknologi dan budaya yang ada pada masa itu digambarkan dengan cukup jelas oleh penulis. 

Bahkan pergulatan pemikiran dari tokoh-tokoh yang ada pun dideskripsikan dengan cukup jelas. Tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita pun, menurut saya memiliki karakteristik dan ciri khas masing-masing, yang membuat cerita begitu hidup dengang 'kekuatan' tokoh masing-masing.

Ada beberapa kosakata yang memang berbeda dengan kosakata dan ejaan yang ada sekarang ini. Sebagai contoh adalah sassus, yang kurang lebih berarti sama dengan desas desus, harmal yang merupakan singkatan dari hari malam (satu harmal=satu hari satu malam sekarang), setangan yang sekarang dikenal dengan sebutan sapu tangan, dan kriminil (Belanda: krimineel) bermakna penjahat, biasanya dalam hal-hal besar. Kata ini menjadi sebutan yang disukai dalam pembicaraan-pembicaraan masa itu. Selain beberapa contoh diatas, banyak istilah dalam bahasa Belanda dipergunakan dalam menyusun paragraf demi paragraf dari buku ini. Hal ini menambah nuansa kolonial Belanda disaat membaca sepenggal kisah demi kisah dari buku ini.

  • Judul               : Bumi Manusia
  • Penulis           : Pramoedya Ananta Toer
  • Penerbit         : Lentera Dipantara Jakarta
  • ISBN                : 9789799731234
  • Tebal               : 534 halaman+14 halaman tambahan berupa penghargaan yang diraih dan terbitan buku ini dengan berbagai judul di berbagai negara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun