Mohon tunggu...
Akbar Endra
Akbar Endra Mohon Tunggu... Politisi - Penulis dan Politisi.

Mengamati sambil menulis yang penting diketahui dan didiskusikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

In Memorian: Memetik Nilai Mulia di Balik Persahabatan Ichsan Yasin Limpo

30 Juli 2019   18:57 Diperbarui: 30 Juli 2019   21:25 1706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ichsan Yasin Limpo telah mendahului kita memghadap Sang Khalik. Semoga Damai di Sisi Allah. (Dok.pribadi)

Haji Ichsan Yasin Limpo adalah sebuah nama besar di Sulawesi Selatan. Dikenal sebagai pengusaha, sekaligus lihai dalam bermain politik.  Ia punya  strategi politik mengalir seperti air. Setiap ada cela, ia berusaha untuk melaluinya. Cela itu adalah peluang. Ia punya hitungan dari setiap cela. Sehingga Ichsan salah satu tokoh politik yang memiliki pandangan jauh ke depan, visioner.

Ketika reformasi bergulir, awal Tahun 1998, Ichsan mengajak saya bertemu. Saya bersama Hasbi Lodang, rekan dari Aliansi Mahasiswa Pro Demokrasi (AMPD), menemuinya, di coffee shop, Hotel Sahid Makassar.

Ichsan memperkenalkan dirinya sebagai anak tentara. Ayahnya, H.M. Yasin Limpo, adalah tokoh militer dan sekaligus pendiri Golkar Sulsel. Aktif di Pramuka. 

Menurut Ichsan, ayahnya senang melakukan diskusi dengan anak-anak muda. Makanya ia pun mengurusi Organisasi GM-FKPPI, sebagai Ketua di Sulsel. Organisasi ini beranggotakan Generasi Muda dari kalangan anak tentara.Yang membuat kami kagum, adalah cara Ichsan bercerita soal GM FKPPI yang dipimpinnya. 

"Organisasi ini solid, dan punya komando organisasi seperti militer," katanya. Dia menginginkan organisasi yang dipimpinnya ini akrab dengan aktivis mahasiswa. Ia setuju jika mahasiswa menuntut dilaksanakan agenda reformasi. Alasannya jelas, Indonesia harus berubah menjadi negeri yang demokratis. 

"Agenda demokratisasi, susah dibendung. Kita harus siap menjalaninya. Pemimpin yang tidak siap berdemokrasi, harus minggir. Kita yang harus mempersiapkan diri berdemokrasi dengan sistim politik yang demokratis," kata Ichsan berapi-api. Saya menyadari jika dia pemimpin yang berbakat. Tutur katanya sistematik dan ia punya bakat dan retorika.

Jujur, sebelum ngobrol di coffe shop Sahid itu, kami tak mengenal Ichsan. Justru kami akrab dan bersahabat dengan kakaknya, Dewi Yasin Limpo dan Syahrul Yasin Limpo, yang saat itu menjabat Bupati Gowa. Dari Dewi, kami sering mendengar cerita Ichsan, yang memiliki massa dan orangnya keras.

Kesan jika Ichsan seram berubah menjadi empati. Ichsan adalah sosok yang tegas. Jelas ia punya visi. Paling penting, ia mendukung agenda kami: demo menuntut reformasi.

Pemilu 1999, Ichsan memberitahu saya jika dirinya akan ikut menjadi Calon Legislatif melalui Partai Golkar. Ia ingin berjuang di DPRD Provinsi Sulsel mewakili demonstran. 

Bersama A. Rudianto Asapa, Nasiruddin Pasigai, Mappinawang dan beberapa rekan aktivis Ornop lainnya seperti (Alhmarhumah)  Zohra A.Baso, dan Almarhumah Cristiana Joseph, kami mendirikan Komite Independen Pemantau Pemilu di Sulsel. Saya salah satu anggota Presidium bersama Pak Rudi dan Nasiruddin Pasigai.

Saat itu Ichsan paham posisi kami dan mendorong kami harus independen. Tak boleh bersentuhan dengan politisi dalam menjaga integritas sebagai pemantau. Namun, ia menekankan bahwa hubungan persahabatan tak boleh putus karena pilihan politik yang beda. "Hari ini kita bersebelahan, besok lain cerita, kita bisa bekerja sama. Semua karena tujuan sama. Jika beda tujuan, persahabatan harus tetap terpelihara," kata Ichsan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun