Jadi, di balik kebebasan "open book" atau mencari di internet, tersimpan kejujuran ujian dan kedewasaan intelektual. Tidak ada pengawas yang menatap dari depan kelas, tapi ada pengawasan yang lebih halus yakni kesadaran dari dalam diri sendiri sekaligus menguji apakah mau berpikir sungguh-sungguh atau hanya sekedar menyalin.
Antara Tugas Kuliah, Kerja Kelompok, dan Makna Belajar Sesungguhnya
UTS tanpa ujian tulis seperti ini menjadi pengalaman baru bagiku. Biasanya, aku akan sibuk mencatat rumus, menghafal konsep, dan membaca ulang materi hingga larut malam.
Kini, fokusku justru berpindah pada pengerjaan tugas. Ada tugas dari mata kuliah Pemrograman, ada juga dari Teknologi Transformasi Digital yang kesemuanya dikerjakan berkelompok.
Sementara kerja kelompok (kerkom) sendiri menurut pengalaman pribadi selalu punya dua sisi, antara menyenangkan dan melelahkan. Tatkala kerkom, awalnya kami begitu semangat, tapi lama-kelamaan, obrolan sering kali lebih panjang dari hasil kerja. Kadang niatnya ingin menyelesaikan proyek, tapi malah berakhir dengan tawa dan candaan tanpa hasil konkret.
Meski begitu, ada kepuasan tersendiri di balik proses itu. Kami belajar untuk mendengarkan, berdiskusi, dan menggabungkan ide yang berbeda-beda.
Selama tiga hari UTS ini, aku hanya benar-benar belajar serius sekitar satu atau dua jam saja. Selebihnya, waktuku tersita untuk berpindah dari satu kelompok ke kelompok lain, menuntaskan tugas kuliah yang terasa tak ada habisnya.
Capek, tentu saja. Tapi di balik rasa lelah itu, ada semacam kebersamaan yang tumbuh perlahan. Kami saling berbagi peran, saling menegur jika ada yang malas, dan belajar mengatur ritme antara tanggung jawab dan keakraban.
Mungkin di situlah letak perubahan terbesar dunia perkuliahan hari ini yang bukan sekadar menghafal melainkan menuju belajar kehidupan sesungguhnya. Kampus tidak lagi hanya tempat menimba ilmu, tapi juga laboratorium kecil tempat kami belajar bekerja sama dan memahami karakter satu sama lain.
Ketika belajar tak lagi terbatas pada buku dan catatan, setiap tugas kuliah berubah menjadi pelajaran sosial seperti tentang bagaimana menyampaikan ide tanpa menyinggung teman, bagaimana menepati janji di tengah kesibukan, dan bagaimana menerima kekurangan orang lain tanpa kehilangan arah.
Itulah sisi manusiawi dari pendidikan yang sering luput dari perhatian: bahwa ilmu tidak hanya diukur dari nilai, tapi juga dari cara kita bersikap di tengah proses belajar.
Ujian yang Sebenarnya Bukan Sekadar Tumpukan Soal-soal
Memasuki hari keempat UTS, jadwal berikutnya adalah ujian Kalkulus. Awalnya ujian ini dijadwalkan hari Senin, tapi entah kenapa ditunda. Padahal aku sudah belajar cukup banyak pada hari Minggu sebelumnya. Setelah penundaan itu, aku malah kehilangan semangat belajar karena tenggelam dalam tugas-tugas proyek mata kuliah lain.