"Dari pengalaman hari ini, aku menyadari bahwa proyek perkuliahan bukan hanya soal nilai atau hasil akhir. Lebih dari itu, proyek seperti ini mengajarkan kami pentingnya kerjasama tim, tanggung jawab, dan kebersamaan. Meskipun capek dan penuh tantangan, prosesnya justru memberikan banyak pelajaran berharga. Dan yang paling penting, hari ini aku tidak hanya membuat miniatur tentang transportasi, tapi juga membangun kenangan dan pengalaman baru bersama teman-temanku."
HARI ini terasa cukup melelahkan, tapi juga menyenangkan. Akhir-akhir ini, masa perkuliahan sudah mulai mendekati Ujian Tengah Semester (UTS). Berbeda dengan masa sekolah dulu yang identik dengan ujian kertas atau soal tertulis, di dunia perkuliahan banyak dosen yang lebih memilih proyek sebagai bentuk penilaian. Rasanya memang capek, tapi mau tidak mau, semua tugas itu harus diselesaikan agar bisa mendapatkan nilai terbaik. Untungnya, sebagian besar proyek yang diberikan kali ini dikerjakan secara berkelompok, jadi setidaknya beban terasa lebih ringan karena bisa saling membantu dan berbagi tugas.
Salah satu proyek yang sedang aku kerjakan berasal dari mata kuliah Teknologi dan Transformasi Digital. Dosen kami memberikan tugas untuk membuat miniatur bertema teknologi dan inovasi, dengan pilihan topik yang beragam seperti smart city, transportasi, dan berbagai konsep lainnya. Setelah berdiskusi, kelompokku akhirnya sepakat untuk memilih tema transportasi. Kami ingin menggambarkan lalu lintas dan transportasi yang menjadi bagian penting dari kehidupan kota yang modern dan tertata.
Rencananya, kami akan memulai kerja kelompok (atau yang biasa kami sebut "kerkom") pada pukul 13.00 WIB. Tapi yah, seperti kebanyakan orang Indonesia, kebiasaan "ngaret" sepertinya sudah mendarah daging. Akhirnya, kami baru benar-benar mulai sekitar pukul 14.00 WIB. Kami mulai merancang dan membuat miniatur bertemakan lalu lintas dengan konsep yang sederhana namun bermakna.
Miniatur yang kami buat terdiri dari beberapa elemen penting. Ada halaman hijau yang melambangkan keindahan dan keseimbangan antara alam dan teknologi. Lalu ada rambu-rambu serta lampu lalu lintas sebagai simbol aturan dan keteraturan di jalan raya. Tak lupa kami juga menambahkan gedung-gedung dan rumah-rumahan kecil, sebagai tanda bahwa di dalam miniatur ini terdapat kehidupan, layaknya sebuah kota kecil yang tertata. Intinya, kami ingin membuat miniatur ini terlihat hidup dan penuh makna.
Seperti kerja kelompok pada umumnya, kami juga membagi jobdesk agar setiap orang punya tanggung jawab masing-masing. Tapi ya, namanya juga kerja kelompok, kadang ada saja hal yang terjadi. Ada satu pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakan oleh satu orang, tapi justru dikerjakan oleh tiga orang sekaligus. Bukannya mempercepat, malah membuat prosesnya sedikit berantakan. Akhirnya, yang benar-benar mengerjakan sebagian besar detail miniatur adalah Raditya, teman satu kelompok kami yang bisa dibilang "sepuh" di antara kami semua.
Raditya ini orangnya humble dan sabar banget. Dia berusaha agar semua anggota kelompok ikut terlibat, bukan hanya menjadi penonton. Ia ingin kami semua paham bagaimana proses pembuatan miniatur ini dari awal hingga selesai. Ia juga membantu mengatur pembagian tugas dengan lebih rapi, ada yang membuat gedung, rumah, jalan, halaman, pohon, hingga rambu-rambunya. Perlahan, proyek kami mulai terbentuk menjadi sesuatu yang nyata.
Suasana kerja kami juga sangat santai. Kami tidak terlalu terburu-buru, tapi tetap fokus. Di sela-sela pengerjaan, kami sering bercanda dan tertawa bersama. Bahkan, karena kebetulan ada jadwal mata kuliah lain di hari yang sama, kami sempat belajar bareng dan berdiskusi ringan di sela waktu pengerjaan miniatur. Rasanya menyenangkan, tidak terlalu formal, tapi tetap produktif.
Menjelang sore, miniatur kami hampir selesai. Kami terus menambahkan detail kecil agar tampilannya semakin menarik. Akhirnya, sekitar waktu maghrib, kami memutuskan untuk menyelesaikan kegiatan hari itu. Â Sebenarnya miniaturnya belum selesai, karena ada bahan yang kurang. Jadi, kami juga mempertimbangkan teman-teman yang rumahnya jauh agar tidak pulang terlalu malam. Meskipun lelah, tapi semua merasa puas dengan hasil kerja hari ini.
Hari ini benar-benar terasa menyenangkan dan berkesan. Dari kegiatan sederhana ini, aku belajar bahwa kerja kelompok bukan hanya soal menyelesaikan tugas, tapi juga soal kerjasama, komunikasi, dan kebersamaan. Dari awalnya hanya sekadar kelompok yang ditentukan dosen, perlahan kami mulai menjadi teman dekat yang bisa saling mengenal satu sama lain.