Mohon tunggu...
aka_iaannooo
aka_iaannooo Mohon Tunggu... Freelancer - Indonesian 🇮🇩

Hiduplah Indonesia Raya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

91 Tahun Pemuda Indonesia, Berpikir Radikal Secara Skeptis-Analitis-Kritis

12 November 2019   00:16 Diperbarui: 12 November 2019   00:54 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah seorang Pemuda Indonesia menggenggam Bendera Merah Putih di Puncak Gunung.

Pada tanggal 28 Oktober 2019 yang lalu kita peringati Hari Sumpah Pemuda ke-91 Tahun. Tidak terasa dalam nafas dan aliran darah bangsa ini sejak zaman penjajahan, kemerdekaan sampai sekarang pemuda selalu punya tempat tersendiri dalam lintasan sejarah. Maka dari itu melalui tulisan ini saya ingin merefleksi singkat tentang Pemuda Indonesia. Khususnya bagaimana para kaum muda di masa sekarang dan masa yang akan datang menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.

Saya mengawalinya dengan pendapat bahwa, Pemuda Indonesia seharusnya memiliki pemikiran yang radikal. Radikal yang dimaksud yaitu berpikir secara skeptis-kritis-analitis. Berpikir  demikian mengantarkan para kaum muda melihat setiap masalah yang terjadi di Indonesia secara komprehensif dan holistik.

Tahun 2019, negeri ini dihadapkan dengan berbagai macam masalah karena dari Sabang sampai Merauke memiliki permasalahannya masing-masing. Melihat permasalahan yang sedang terjadi dapat kita ibaratkan bahwa, Ibu Pertiwi sedang mengalami komplikasi penyakit, dan untuk menyembuhkan penyakit tersebut diperlukan obat. Pertanyaan kemudian timbul, obat seperti apa dan dari siapa? Dokterkah, dukunkah atau siapa?

Melihat kompleksitas masalah yang dihadapi, saya teringat oleh ungkapan seorang sahabat, demikian katanya "pola pikir masyarakat Indonesia memang unik, asik menyampaikan kritik menggunakan cara-cara yang nyentrik, sehingga membuat bangsa ini menarik". Ungkapan tersebut sepertinya cocok dengan situasi dan kondisi Indonesia saat ini, jika kita melihat bagaimana media sosial dan semua sarana dipergunakan untuk menyapaikan kritik dan saran terhadap "penyakit" yang diderita Ibu Pertiwi.

"Tidak ada asap kalau tidak ada api", berikut ungkapan pepatah yang tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indoenesia, karena setiap masalah yang terjadi pasti memiliki sebab-musababnya. Tentu masih segar dalam ingatan kita, ketika mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran di beberapa kota di Indonesia. Demontrasi dilakukan karena pemerintah dinilai mengeluarkan kebijakan-kebijakan kontroversi yang tidak memihak kepada rakyat dan (terindikasi) hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu.

Demo Mahasiswa Menolak Beberapa Peraturan Perundang-undangan pada bulan September 2019 lalu. Jakarta, Indonesia.
Demo Mahasiswa Menolak Beberapa Peraturan Perundang-undangan pada bulan September 2019 lalu. Jakarta, Indonesia.

Apa yang dilakukan oleh para mahasiswa merupakan hal yang wajar dalam negara demokrasi, seperti Indonesia. Demokrasi adalah supremasi sipil atau kedaulatan rakyat yang mana wujud pemerintahan berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dengan adanya demokrasi rakyat menjadi hal utama yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para pemangku kepentingan dalam rangka menentukan arah kebijakan di negeri ini. Semuanya harus dan demi tujuan berbangsa-bernegara yaitu kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Mahasiswa adalah pemuda dan pemuda adalah rakyat. Maka dari itu suara dan aspirasi yang disampaikan dengan lantang dapat dikatakan juga merupakan suara pemuda dan rakyat. Namun perlu untuk diketahui bersama (bukan hanya mahasiswa) melainkan semua Pemuda Indonesia, bahwa untuk menghadapi setiap permasalahan harus didasarakan dengan berpikir radikal. Bukan radikal dengan cara-cara yang menimbulkan tindakan-tindakan kekerasan bersifat merusak (destruktif) melainkan membangun (konstruktif), sebab pembangunan bangsa menuju masa depan yang cerah menjadi tanggungjawab semua Pemuda Indonesia, tanpa terkecuali.

Idealisme adalah kemenangan terakhir yang dimiliki Pemuda. (Tan Malaka: Semangat Muda, 2018). Ungkapan seorang Tan Malaka tersebut menjadi sebuah pembakar bagi semangat para Pemuda untuk terus berjuang demi mempertahankan apa yang dianggap benar dan diyakininya. Idealisme tersebut sudah sewajarnya diaplikasikan dengan baik melalui pemikiran para kaum muda. Berikut diantaranya yaitu:

Berpikir RADIKAL berarti mampu membaca dan menganalisa secara menyeluruh setiap permasalahan-permasalahan yang ada sehingga pemecahan masalahnya pun bisa tuntas. Pemikiran demikian mengajak para Pemuda Indonesia untuk mengahadapi setiap masalah yang dihadapi dengan mencermati dan mengamatinya sampai ke akar permasalahan tersebut. Pemikiran demikian membantu pemuda untuk lebih mengerti dan memahami permasalahan yang terjadi agar nantinya dapat melihat sebuah masalah secara holistik dan komprehensif. Untuk dapat berpikir radikal maka pemuda seharunya skeptis, analitis dan kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun