Mohon tunggu...
Akaha Taufan Aminudin
Akaha Taufan Aminudin Mohon Tunggu... Sastrawan

Buku Puisi dua bahasa Inggris Indonesia adalah : \r\nBuku 1: Along Rocky Path, Tokyo (Sepanjang Jalan Batu Tokyo)\r\n\r\nBuku 2: Pay for Pain Flap the Flag (Membayar Derita Mengibarkan Bendera)\r\n\r\nBuku 3: The City Faces (Wajah-Wajah Kota)\r\n\r\nBuku 4: A Cup of Tea in Tokyo (Secangkir Teh di Tokyo)\r\n\r\nBuku 5: Move in Sakura (Aku Bergerak di Sakura)\r\n\r\nBuku 6: Wounds on Wounds (Luka di Atas Luka)\r\n\r\nhttp://www.amazon.co.uk/s/ref=nb_sb_noss?url=search-alias%3Daps&field-keywords=akaha+taufan+aminudin&x=11&y=21I \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Seni

Menjual Diri Sebelum Menjual Karya: Pelajaran Berharga Dari Daniel Agus Maryanto MengEMASkan Indonesia.

4 September 2025   09:09 Diperbarui: 4 September 2025   09:09 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menjual Diri Sebelum Menjual Karya: Pelajaran Berharga Dari Daniel Agus Maryanto MengEMASkan Indonesia.

Oleh : Akaha Taufan Aminudin

Dalam dunia kepenulisan yang semakin padat dan kompetitif, sekadar punya ide cemerlang tidak cukup untuk bertahan. Pak Daniel Maryanto, penulis asal Sukoharjo yang telah menorehkan banyak prestasi, membagi pengalamannya tentang pentingnya "menjual diri" lebih dulu sebelum menjual karya.

Daripada hanya mengandalkan inspirasi atau bakat, pendekatan profesional dan spesialisasi menjadi kunci utama agar karya kita bisa diterima dan bahkan menghidupi penulisnya. Artikel ini mengupas refleksi inspiratif dari beliau dan sekaligus membuka diskusi untuk para penulis, baik yang pemula maupun sudah matang.

Mengawali hidup sebagai penulis demi kebutuhan hidup yang mendesak bukanlah kisah yang jarang kita dengar. Namun, perjalanan Pak Daniel Maryanto menulis tidak sekadar bertahan hidup, melainkan bertransformasi menjadi profesi yang disegani dan memberikan dampak besar. Kita diajak melihat betapa menulis adalah soal berani "menjual diri" --- memasarkan siapa kita dan keahlian kita --- sebelum karya kita dapat dinikmati orang lain.

Bukan Cuma Menulis, Tapi Menampilkan Nilai Diri

Kisah Pak Daniel yang mulai menulis sejak 1986 saat masih mahasiswa Arkeologi di UGM memberi pelajaran pertama: menemukan "niche" atau bidang spesialisasi. Di saat teman-temannya mungkin menulis acak atau sesuai tren, beliau konsisten menguasai tema sejarah dan arkeologi. Coba bayangkan, bagaimana kita mau dipercaya kalau kita hanya "pakar setengah-setengah" di banyak topik tapi tidak mendalam di satu bidang? Pak Daniel mengibaratkannya seperti dokter spesialis, semakin ahli, semakin dihargai.

Selain keahlian, langkah pertama dalam "menjual diri" adalah percaya diri menunjukkan kompetensi. Ketika ia diminta menjadi narasumber di sebuah kampus filosofi dan dipercaya menjelaskan relief candi Borobudur kepada turis asing, ia sadar bahwa ternyata profesi penulis bisa sangat dihormati dan bernilai tinggi.

Strategi Menjual Diri ala Pak Daniel

Salah satu kunci sukses Pak Daniel adalah sikap proaktif dan profesional. Ada dua cara utama yang beliau lakukan ketika ingin bekerja sama dengan instansi pemerintah:

Presentasi langsung: Jika bertemu pejabat tinggi seperti Bupati, beliau memberikan presentasi berupa konsep besar yang menunjukkan bagaimana idenya akan memberi manfaat bagi komunitas dan terhubung dengan visi pemerintah. Keberhasilan pendekatan ini menghasilkan dukungan penuh serta dana untuk mencetak ribuan buku cerita rakyat daerahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun