Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Motif Komentar Kontroversial AP Hasanuddin

25 April 2023   07:32 Diperbarui: 25 April 2023   08:08 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika pertama kali membaca berita tentang komentar AP Hasanuddin di akun Facebook Thomas Djamaluddin, saya langsung meragukan bahwa akun AP Hasanuddin itu adalah akun yang jelas profilnya. Gaya bahasanya sangat vulgar, ala preman pasaran yang tidak berpendidikan atau seperti akun buzzeRp anonim/bodong yang sengaja memancing kegaduhan di sebuah postingan, supaya tingkat "reach" dan "engagement" postingan tersebut jadi meningkat tajam. Komentar yang sangat kontroversial itu tercipta di kolom komentar postingan Thomas mengenai perdebatan adanya perbedaan penentuan 1 Syawal 1444 Hijriah atau hari lebaran antara pemerintah dengan Muhammadiyah.

Setelah saya ikuti beritanya hingga pagi ini, saya agak terkejut bahwa akun itu ternyata jelas profilnya, bukan orang awam pula. Andi Pangerang Hasanuddin, civitas Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan jabatan Peneliti Ahli Pratama. Lulusan S1 Teknik Elektro dan tergabung dalam satuan kerja Pusat Riset Antariksa.

Dia sudah menyampaikan menyatakan permintaan maaf, namun rasanya mustahil dia bisa dimaafkan atau tidak dihukum, karena komentarnya itu bersifat provokasi yang telah menimbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat umum dan sudah jelas sekali melanggar hukum.

Sebagai pengguna medsos, terutama di Facebook sejak tahun 2010 dan di Kompasiana sejak tahun 2012, saya sangat sering menjumpai postingan atau komentar semacam itu, khususnya di masa Pilkada DKI Jakarta 2012, Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 yang polarisasinya sangat tajam. Untuk kasus ini, sulit sekali menebak motifnya. Diperlukan penyelidikan yang serius oleh badan yang berwenang mengenai motif AP yang sebenarnya.

Namun berdasarkan pengamatan dan pengalamanku sendiri, ada beberapa kemungkinan mengapa AP kebablasan.

  • Sedang mengalami stres atau depresi yang dipicu oleh masalah berat dalam pekerjaan atau pribadi/keluarga, sehingga gampang mengalami kekalapan, fungsi akalnya jadi terganggu.
  • Pemikiran sosial-budaya-politisnya terkontaminasi berat dengan pemikiran-pemikiran yang radikal.
  • Sengaja bablas demi suatu tujuan tertentu. Hal ini tentunya bisa diketahui berdasarkan hasil penyelidikan yang intensif dari pihak yang berwajib atau dari pihak yang independen.

Dari kasus ini kita juga bisa mengetahui bahwa kecerdasan kognitif berbeda dengan kejiwaan, bagaimanapun keduanya saling berhubungan. Orang yang cerdas secara keilmuan/saintifik, belum tentu kejiwaannya "cerdas" juga. Semoga kasus ini bisa segera diselesaikan oleh pihak-pihak yang berwenang dan menjadi pelajaran berharga yang kesekian-kesekian-kesekian kalinya bagi para pengguna medsos.

[-Rahmad Agus Koto-]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun