Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sisi Positif Bertengkar di Depan Anak

21 Desember 2021   11:13 Diperbarui: 21 Desember 2021   11:17 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap pasutri pastinya pernah bertengkar. Mustahil ada pasutri yang samasekali gak pernah bertengkar. Sumber pertengkarannya bisa banyak sekali. Soal perbedaan karakter atau kebiasaan pribadi, soal pekerjaan, soal tingkah laku anak, soal keluarga besar, hingga soal dapur, kasur dan sumur.

Tak jarang kita mendengar pesan dari orangtua atau psikolog supaya jangan bertengkar di hadapan anak-anak. Karena dikhawatirkan bisa mempengaruhi tumbuh kembang sisi psikologis anak secara negatif.

Tetapi aku memiliki sudut pandang yang berbeda.

Paling tidak, tidak semua jenis pertengkaran pasutri yang harus dijauhkan atau tidak boleh diketahui oleh anak-anak. Yang jelas, bukan pertengkaran bar-bar ala orang-orang yang "tidak berpendidikan" seperti intensitas suara yang berlebihan, adanya maki-makian, apalagi yang sampai main lempar-lemparan panci kuali dan main pukul. Selain itu, frekuensi pertengkarannya tidak berlebihan.

Ada banyak contoh pertengkaran pasutri yang sifatnya positif bagi mereka. Misalnya soal adanya konflik dengan tetangga, soal sekolah anak dan soal bagi-bagi tugas pekerjaan rumah tangga.

Daya sensifitas anak terhadap lingkungan sosialnya sangat tinggi sekali. Mereka berada dalam fase pengamatan yang sangat penting bagi tumbuh kembangnya, bagi masa depan mereka sendiri.

Ketika pertengkaran pasutri tidak dapat dihindari, sebaiknya bertengkarlah secara dewasa.

Pertengkaran yang argumentatif. Menunjukkan sikap yang saling mendengarkan, memperlihatkan adanya upaya untuk saling memahami mengapa sang suami maunya begini, sang istri maunya begitu. Sama-sama menunjukkan adanya usaha untuk memperoleh solusi, untuk mencapai sebuah kesepakatan.

Dari situ, sang anak akan memperoleh pembelajaran yang sifatnya positif.

[- Rahmad Agus Koto -]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun