Mohon tunggu...
ajril sabillah
ajril sabillah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jika Harus Tanpa Kamu

20 Juni 2025   13:16 Diperbarui: 20 Juni 2025   13:16 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sendiri (Sumber Foto: Gurusiana)

Malam ini, hujan turun tanpa aba-aba. Seperti rindu yang datang tanpa diundang. Aku duduk di balik jendela, memandang kosong ke luar. Semua terasa diam, kecuali hatiku yang terus gaduh menyebut namamu.

Sudah dua bulan sejak kamu memutuskan pergi. Bukan karena kita tak saling mencinta, tapi karena semesta terlalu egois untuk membiarkan kita bertahan. Kamu ke luar kota, mengejar mimpi. Aku tetap di sini, menjaga kenangan yang perlahan jadi luka. Kita pernah janji akan baik-baik saja. Tapi kenyataannya, aku bahkan tak bisa menatap bayanganmu tanpa air mata.

Dulu, kamu selalu ada saat aku terpuruk. Saat duniaku gelap, kamu adalah satu-satunya cahaya. Sekarang, setiap pagi yang datang terasa hampa. Setiap malam seperti ini hanya menambah kesunyian di dadaku.

Aku masih ingat percakapan kita yang terakhir:

"Kalau nanti kamu harus sendiri, kamu kuat kan?"
"Aku nggak tahu. Tapi kalau harus, aku akan coba."

Aku mencoba, sungguh. Aku mencoba berjalan tanpamu, makan tanpamu, tertawa tanpamu, dan... hidup tanpamu. Tapi nyatanya, setiap hal kecil mengingatkanku padamu. Lagu-lagu yang kamu suka, tempat makan yang sering kita datangi, bahkan aroma parfum yang kadang masih tertinggal di jaketmu yang kamu tinggalkan di rumah.

Lucunya, aku belum menghapus fotomu. Belum juga memutuskan untuk membuang surat-suratmu yang dulu kamu selipkan di kotak pensilku. Sebagian dari diriku masih berharap kamu kembali. Tapi sebagian lainnya tahu, kalaupun kamu kembali, semuanya tak akan pernah sama lagi.

Aku mulai menulis surat untukmu, meski aku tahu tak akan pernah kukirim. Di dalamnya, aku ceritakan semua: rasa sakitku, rinduku, dan harapanku. Bukan untuk membuatmu kembali, tapi untuk membebaskan hatiku dari beban yang terlalu berat ini.

Hari-hari terasa seperti teka-teki yang hilang satu bagiannya. Kamu bagian itu. Dan tanpa kamu, tak ada yang utuh. Tapi pelan-pelan, aku belajar: bukan berarti hidup harus berhenti saat kamu pergi.

Mungkin nanti aku akan jatuh cinta lagi. Mungkin tidak. Tapi satu hal yang pasti, aku akan belajar untuk menerima kenyataan bahwa tidak semua yang kita cinta akan bertahan. Tidak semua yang kita perjuangkan akan kembali. Dan tidak semua kehilangan harus diiringi tangisan yang tak kunjung reda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun