Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pesan Simbolis Jokowi di Balik Pakaian Adat Bali pada Partai Koalisinya

11 Agustus 2019   08:50 Diperbarui: 11 Agustus 2019   09:05 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: ayobandung.com

Hadir pada Kongres V PDI Perjuangan di Grand Inna Beach, Denpasar, Bali, Jumat (9/8/2019), Presiden Jokowi lebih memilih menggunakan Pakaian Adat Bali ketimbang memakai pakaian khas PDI Perjuangan, meskipun warna pakaian adatnya tetap berwarna Merah.

Bukanlah tanpa maksud Jokowi melakukan hal tersebut, secara simbolik dia ingin memperlihatkan netralitasnya sebagai Presiden kepada masyarakat dalam acara Kongres tersebut, meskipun merupakan kader PDI Perjuangan, namun tidak serta merta dia harus memakai pakaian dan atribut Partai.

Ada kesan Jokowi ingin memperlihatkan kemandiriannya dalam sikap, tidak ingin diatur. Bahkan bisa jadi secara simbolis Jokowi ingin memperlihatkan Hak Prerogatifnya sebagai seorang Presiden, yang tidak ingin 'Manut' pada keinginan Partai koalisi pendukungnya.

Sebagaimana diketahui, Megawati secara terang-terangan sudah meminta dan menentukan porsi kursi Menteri yang harus didapat PDI Perjuangan, sebagai Partai Pemenang yang menguasai kursi parlemen secara dominan, namun isyarat yang diperlihatkan Jokowi, belum tentu memenuhi tuntutan tersebut.

Bisa dipastikan Jokowi akan bertindak sesuai dengan ucapannya, bahwa diperiode kedua beliau sudah tidak ada beban politik lagi, dia hanya akan melakukan sesuatu yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Kalau keinginan Megawati dan PDI Perjuangan saja tidak diakomodir sepenuhnya, bagaimana dengan partai koalisi yang lainnya, jelas porsinya tetap dibawah PDI Perjuangan.

Memang semestinya Partai pendukung Jokowi-Ma'ruf, harus mendorong Jokowi untuk menggunakan hak Prerogatifnya, bukan malah memaksa Jokowi untuk memenuhi syahwat politik mereka, yang bisa berakibat pada rusaknya reputasi politik Jokowi.

Jokowi sepertinya sudah mulai mengantisipasi prilaku politik "mbalelo"  Partai koalisi pendukungnya diperiode kedua, seperti yang dialami SBY saat di Periode kedua kekuasaannya, dimana partai koalisi pendukungnya mbalelo dengan mendirikan Koalisi didalam Koalisi, lewat pendirian Sekretariat Gabungan PKS dan Partai Golkar.

Maka dari itu jauh-jauh hari Jokowi secara simbolis sudah memperlihatkan netralitasnya, tidak lebih dekat dengan salah satu Partai pun, bahkan dengan PDI Perjuangan sendiri juga demikian, agar tidak ada yang merasa lebih diprioritaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun