Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Posisi Jokowi Berbeda dengan Prabowo

21 Maret 2019   10:55 Diperbarui: 21 Maret 2019   11:01 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaan Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Andre Rosiade ini cukup menggelitik dan kekanak-kanakan. Andre mempertanyakan, kapan Jokowi menjenguk Romahurmuziy alias Rommy di tahanan. Apa coba keharusannya Presiden menjenguk Rommy.

Lucunya lagi dia membandingkan dengan Prabowo yang sudah menjenguk Ahmad Dhany, padahal seharusnya sebagai politisi, dia faham posisi seorang Jokowi sebagai Presiden, dan itu jelas berbeda dengan posisi Prabowo yang merupakan masyarakat biasa.

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN), Jokowi-Ma'ruf Amin, Lena Maryana Mukti, merespon pertanyaan Andre tersebut, seperti yang dikatakannya pada Detik.com, Kamis (21/3/2019),

"Andre (Rosiade) paham tidak posisi presiden? Prabowo belum presiden. Dia (Prabowo) mau bikin apa saja kan tidak dituduh macam-macam terkait dengan seseorang yang mengalami proses hukum. Kalau presiden Jokowi, bisa dituduh, diduga macam-macam. Jadi, pahami dulu lah sebelum nyindir-nyindir,"

Foto: Detik.com
Foto: Detik.com
Sebagai politisi, mustahil Andre tidak memahami posisi seorang Presiden secara Politik, apa lagi posisi Jokowi juga seorang Capres, tentunya harus hati-hati. Bukan cuma kali ini Jokowi tidak mengunjungi Partner-nya sesama politisi, ketika Ahok di tahan di Mako Brimob, Jokowi juga tidak pernah mengunjunginya.

Ini hal yang sangat sensitif di tahun Politik, karena bisa menjadi isu yang negatif kalau hal itu sampai dilakukan Jokowi. Berbeda dengan Prabowo yang tidak menyandang status jabatan apa pun di Pemerintahan, jelas saja bisa melakukan apa pun tanpa ada beban secara Politik.

Pertanyaan 'Tengil' yang dilontarkan Andre tersebut sangat tidak beralasan, bahkan memperlihatkan kapasitasnya sebagai politisi, bahkan mempermalukan dirinya sendiri. Rendahnya pengetahuan dia terhadap posisi seorang presiden, terlepas pertanyaan tersebut hanya sekedar guyonan, kalau pun guyonan, jelas guyonan yang 'Garing.'

Masih menurut Lena, selama ini Jokowi juga telah menunjukkan perhatian dan keprihatinannya atas kasus yang menimpa Rommy. Namun, sebagai presiden dia enggan melewati batas-batas yang ada.

"Iya (tidak mau intervensi hukum), apalagi kasus korupsi seperti ini, apapun kasusnya. Presiden sudah menyatakan Rommy kawan lama. Disitu dia sudah perhatian kepada Rommy sebagai teman. Tapi, presiden hargai proses hukum, karena posisi sebagai presiden," ucap Lena.

Menjadi seorang politisi itu memang harus bersikap kritis, tapi kritis itu beda dengan nyinyir. Sikap kritis itu akan merepresentasikan kecerdasan, Karena sesuatu yang dikritisi memang perlu untuk diperbaiki. Karena kritis itu konstruktif, beda dengan nyinyir yang cenderung destruktif.

Kalau cuma mau mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang destruktif, tidak perlu susah-susah jadi politisi, cukup menjadi aktivis bayaran, atau buzzer politik, yang memang dibayar untuk nyinyir. Menjadi seorang politisi itu harus memiliki kapasitasnya intlektual yang mumpuni, menguasai persoalan yang dikritisi, bukan sekedar nyinyir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun