Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Politik dan Politisi Kita Sakit

27 Desember 2018   23:21 Diperbarui: 28 Desember 2018   05:42 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Pemilu langsung yang sudah pernah digelar sejak Tahun 2004, maka Pemilu 2014 dan Pemilu 2019 yang akan digelar tahun depan, adalah dua pemilu yang secara Politik sangatlah tidak memberikan rasa nyaman, itu semua karena para politisinya menciptakan persaingan Politik yang tidak mendidik.

Anehnya kondisi tersebut hanya terjadi saat pertarungan antara Prabowo dan Jokowi. Sebelumnya, dunia Politik kita tidaklah seheboh sekarang ini. Dua Periode Pemilu, sejak SBY mulai bertarung di Pilpres, sampai Periode keduanya di Tahun 2009, tidak ada keriuhan di media sosial antar pendukung Capres.

Padahal, pada Pilpres 2004, ada pasangan Megawati Soekarno Putri dan KH. Hasyim Muzadi, sebagai Petahana Presiden, berhadapan dengan pasangan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Muhammad Jusuf Kalla (JK), Amien Rais dan Siswono Yudhohusodo, Hamzah Haz dan Agoem Goemelar. Yang mana pada akhirnya SBY-JK terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI yang ke 6.

Pasca Pemilu, situasi aman-aman saja, tidak ada keributan antar pendukung Kontestasi Pilpres. Begitu juga saat Pilpres 2009, dimana SBY sebagai Petahana berpasangan dengan Boediono, karena JK nyapres, berpasangan dengan Wiranto. SBY berhadapan lagi dengan Megawati yang kebetulan berpasangan dengan Prabowo.

Dua Pilpres ini, sejak dari awal kampanye, sampai akhir Pilpres aman-aman saja, tidak ada konflik antar pendukung, pertemanan di media sosial pun tidak ada yang terpecah belah. Tapi ketika Prabowo ikut Nyapres, pada Pilpres 2014, dan berhadapan dengan Jokowi, situkang Kayu, yang pernah didukung Prabowo saat Pilkada DKI Tahun 2012, semua situasi berubah total.

Keberpihakan para pendukung kedua kubu sangat nyata, ekspektasi terhadap keterpilihan Prabowo sebagai Presiden sangatlah nyata. Siapa yang nyangka kalau tukang kayu yang masih anak bawang didunia Politik, dengan segala kekurangan dan kelemahannya, malah terpilih sebagai Presiden. Jelas situasi ini langsung merusak akal sehat pendukung Prabowo.

Mereka sangat tidak bisa menerima kenyataan kalau Prabowo bisa kalah. Sejak itulah riuh-rendah di media sosial pun menjadi terus ramai. Jokowi yang menjadi Presiden, dianggap mereka sebagai aib bangsa, dimata mereka hanya Prabowo yang pantas menjadi Presiden, mereka tidak percaya takdir Tuhan, akal Sehat mereka menganggap bukan Takdir Tuhan yang menyebabkan terpilihnya Jokowi.

Tidak aneh kalau sejak terpilih di Tahun 2014, sampai sekarang masuk pada Pilpres 2019, Jokowi terus dihujat dan difitnah tanpa prikemanusiaan. Sehingga mereka benar-benar mengabaikan keyakinan dan akal sehatnya, semata karena belum bisa menerima kenyataan.

Situasi persaingan Politik antar kedua kubu sangatlah buruk, bahkan tidak baik dan tidak mendidik. Politisinya pun sama sekali tidak peduli tentang hal baik dan buruk, yang ada dalam benak mereka hanyalah soal Menang dan kalah. Bagaimana caranya menang tidak lagi mereka pikirkan.

Inilah situasi terburuk yang sudah diciptakan oleh para politisi kita. Mereka tidak lagi berpikir, apakah prilalu Politik mereka akan mendidik masyarakat atau tidak. Mereka menganggap itu bukanlah tanggung jawab mereka, rusaknya Marwah Politik bangsa ini pun tidak lagi mereka pikirkan, bagaimana menang, dan mengalahkan lawan adalah hal utama dari tujuan Politik mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun