Mohon tunggu...
Aji Lestari
Aji Lestari Mohon Tunggu... Administrasi - A Wife and An Employee

Proud to be Me

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tentangku

18 Oktober 2021   13:56 Diperbarui: 18 Oktober 2021   14:09 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Haii..... Duniaa... yang sudah mulai menampakkan diri kepadaku, mulai memperlihatkan kekejamannya. Sebenarnya semenjak aku menginjakkan kaki di dunia ini sudah sangat terlihat jelas kekejamannya. Entah siapa aku ini sampai-sampai aku diperlakukan sebegini kejamnya.

Kira-kira seperti itulah gambaran perasaanku saat ini. Aku hanya seorang gadis kecil yang tak pernah menginginkan untuk dilahirkan ke dunia ini. Mungkin terdengar sangat kurang ajar karena seolah-olah menyesal karena sudah dilahirkan ke dunia. Tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku saat ini, hati yang sudah di cabik-cabik sudah tidak berbentuk lagi. Dan lebih menyedihkannya lagi tidak ada yang bisa kusalahkan karena ini takdir yang maha kuasa. 

Aku hanya iri dengan kehidupan wanita-wanita lain yang sangat sempurna, rules seorang wanita sejak dia dilahirkan ke dunia ini. Lahir - ayah sebagai cinta pertamanya - di asuh dan dibesarkan dikeluarga yang utuh - diberi pendidikan sampai ia lulus kuliah - bertemu jodohnya - menikah - punya anak - hidup bahagia bersama sampai kakek nenek. That's sound happiness, but.... tidak ada satupun dari rules itu  yang aku alami. owhhh... ada satu yang aku rasakan, bertemu pria yang ternyata adalah pendamping hidupku lalu kami menikah setelah masa pacaran kami selama 8 tahun. 5 bulan kemudian aku mengandung. 

Saat itulah aku merasa sempurna, tapi kebahagiaan itu ternyata tidak lama. Setelah kehamilanku menginjak usia 8 minggu, kekecewaan terbesar menghampiriku lagi seolah-olah aku tidak boleh tersenyum bahagia menikmati hidupku. Aku mengalami keguguran, aku dan suamiku sangat kecewa sekaligus merasa bersalah karena tidak bisa menjaga calon buah hati kami. Kami mencoba ikhlas, suamiku yang selalu memberiku semangat, suamiku yang selalu memberikan pundaknya untuk bersandar dan suamiku yang selalu memelukku saat aku merasa sangat kecewa. 

Test Pack sudah menjadi list wajib disetiap belanja bulanan kami, kami berharap bisa mendapatkan buah hati lagi. Banyak orang yang bilang biasanya kalau habis keguguran hamil lagi bisa lebih cepat, Alhamdulillah harapan terbuka lebar. Tetapi ada juga kaum-kaum julit yang membuat perasaanku dan suami kacau, membuat kami seperti tak ada harapan lagi. Mereka bilang ada yang bertahun-tahun baru bisa hamil lagi, aku sebagai seorang istri sangat takut sekali jika aku tidak kunjung hamil. Tapi suamiku selalu menguatkanku agar aku tidak minder.

Berbagai cara sudah kami lakukan, ke tukang urut sudah berkali-kali, minta air doa sudah sering hanya saja untuk promil ke dokter kami masih belum punya keberanian karena kami takut satu di antara kami berdua ada yang mengecewakan. Kami masih berusaha dengan jalan yang alami dan jalur langit agar kami bisa mendapatkan keturunan. Seiring berjalannya waktu sampai usia pernikahan kami menginjak tahun ke 2, mulai banyak problem tapi herannya kami tidak pernah bertengkar. Belum pernah dia pergi keluar rumah karena kesal dengan ocehanku. Tidak pernah kami tidur dengan hati yang jengkel dan marah, kami selalu saling menguatkan walau tetap terselip sedikit perdebatan yang masih bisa kami kontrol. 

Bermula di pertengahan bulan juni 2021, tepatnya tanggal 20 Juni 2021. Di minggu pagi yang membuatku kalut, dia yang selalu memelukku dan mengusap air mataku agar aku bisa kuat, agar aku bisa ikhlas. Kepergian mamaku menghadap sang pencipta adalah awal dari tangisanku sampai detik ini aku menuliskan cerita tentangku. Mamaku yang baru berusia 50 tahun sudah kembali kepada pemilik hidup, aku sangat sedih sangat kecewa karena mama belum bisa merasakan mempunyai cucu padahal aku adalah anak satu-satunya. Mama pergi tanpa pesan apapun, mama pergi tanpa nasihat untuk rumah tanggaku. Mama pergi tanpa ada aku disampingnya, karena hanya aku yang ia miliki. Aku sangat menyesal karena aku tidak bisa membisikkan doa-doa ditelinganya, aku menyesal tidak bisa menuntun mamaku mengucap syahadat saat kepergiannya. Tapi masih ada suamiku yang selalu menguatkanku, kami antarkan mama sampai ke peristirahatan terakhirnya di Jogja tanah kelahiran mama.

9 hari setelah kepergian mama hal yang tidak pernah kubayangkan, hal yang tak pernah kami inginkan walaupun kami tau kalau kehilangan itu akan tetap manghampiri kami. Papa mertuaku pergi untuk selamanya setelah 9 hari kepergian mamaku. Mulai saat itu peranku sebagai istri bergantian menguatkan suamiku. Tapi tetap dia yang paling tegar, aku terbawa suasana sampai-sampai di rumah sakit aku tak bisa menahan tangisku yang lepas, justru suamiku yang menguatkanku dia tetap memelukku erat.

Setelah kepergian mama dan papa mertua kami merasa hanya hidup berdua, kami benar-benar hanya hidup berdua. Aku tidak ada saudara kandung, dan suamiku hanya mempunyai 1 saudara kandung yang sudah berumah tangga juga. 

Lagi dan lagi, musibah mengahampiri kami berdua. Kami benar-benar dihajar oleh takdir, kami benar-benar seperti dihujani pisau belati. Saudara dari suamiku 1 keluarga terpapar Covid-19. Dan kami berdua yang mengurus mereka dari makanan sampai obat-obatan mereka sehari-hari. Kami masih enjoy, karena memang kewajiban kami untuk merawat mereka sebagai saudara terdekat tanpa menghiraukan kesehatan kami sendiri. 

Dan ternyata tidak cukup disitu ujian kami, satu di antara mereka yang sedang isoman menghadap sang pencipta. Tepatnya 11 hari setelah kepergian almarhum papa mertua. Mulai dari situ suamiku mulai tidak bisa menahan kesedihannya karena kehilangan saudara sepupunya yang sangat dekat dengannya. Kami mengadakan tahlil selama 7 hari kepergiannya, suamiku dengan tulus ikhlas melakukan itu walaupun bukan saudara kandung. Dan ternyata suamiku memendam semua kesedihannya, pikiran dia memikirkan orang-orang disekitarnya. Sampai-sampai akhirnya kami terpapar virus jahanam itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun