Mohon tunggu...
Aji Prasanto
Aji Prasanto Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Kerja

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Islam dan Kemajuan Zaman

8 Februari 2023   14:14 Diperbarui: 8 Februari 2023   14:21 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agama adalah lentera umat manusia (pexels.com/ Ahmed Aqtai)

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim (1),
Ihdinas Siraatal Mustaqiim (6).
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang (1), Tunjukilah kami jalan yang lurus (6)."

Artikel ini mencoba sedikit mengulas tentang perkembangan Islam dalam budaya, politik, serta ekonomi. Untuk itu, dua ayat surat Al-Fatihah yaitu ayat ke-1 dan ayat ke-6 menurut penulis menjadi penting untuk membuka tulisan ini. Yang mana dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang semoga Allah memberikan bimbingannya dalam penulisan artikel ini seperti lantunan ayat ke-6 surat Al-Fatihah tersebut.

Pendahuluan

Topik pilihan kompasiana dengan judul "Refleksi 100 Tahun NU dan Tantangan Ke Depan" menjadi menarik untuk diperbincangkan. Dimana perkembangan Islam ataupun popularitasnya di kehidupan masyarakat ahir-ahir ini terjadi peningkatan, yang ditandai dengan berbagai aktifitas-aktifitas keagamaan maupun budaya berbusana islami di kalangan sekolah sampai perguruan tinggi, juga berbagai konten agama di media sosial.

Namun dari popularitas tersebut, kita juga perlu menelisik beberapa permasalahan dalam hal keagamaan khususnya dalam hal pemikiran, para elit agama, serta budaya yang berkembang di masyarakat. Sebagaimana peran penting agama dalam pemberdayaan umat agar dapat mengikuti perkembangan serta kemajuan zaman juga kesejahteraan hidup umatnya.

Perdebatan tentang Islam tradisional dan Islam modern masih saja terdengar di beberapa kalangan masyarakat sekarang ini. Tentunya ini menjadi menarik, dimana kemajuan teknologi apalagi pengaruh dari pandemi covid-19 merupakan pengaruh yang besar, serta memaksa tiap kalangan untuk mampu menggunakan kemajuan zaman dengan kecanggihan teknologinya.

Lalu dari hal-hal tersebut di atas, bagaimana sebaiknya kita bersikap serta menjalankan ajaran agama yang telah kita anut sebaik mungkin. Perlukah kita menganalisis serta mengevaluasi, guna membenahi ajaran atau sikap-sikap yang telah menjadi prinsip di kehidupan kita? Lebih jauh lagi, yang mana mengenai pemahaman agama sebagai pencerah atau pembimbing manusia dalam menjalankan kehidupan dunia.

Penulis bukanlah seorang "Alim" atau "Ahli Agama", namun dengan dasar kejernihan hati dan tujuan yang baik, serta keyakinan penuh bahwa Allah akan membimbing setiap umatnya yang didasari dari tafsir surat Al-Fatihah ayat ke-6 yang berbunyi "Kami memohon, tunjukilah kami jalan yang lurus, dan teguhkanlah kami di jalan itu, yaitu jalan hidup yang benar, yang dapat membuat kami bahagia di dunia dan di akhirat, serta dapat mengantarkan kami menuju keridhaan-Mu".

Tunjukilah = Berikan Hidayah, yang mana Allah telah memberi manusia bermacam-macam hidayah, seperti yang juga dibahas dalam Tafsir surat Al-Fatihah oleh Muhammad Abduh, yaitu: 1. Hidayah Naluri (Gharizah), 2. Hidayah Panca Indra, 3. Hidayah Akal (pikiran), dan 4. Hidayah Agama (kalam.sindonews.com).

Pembahasan

Dari pendahuluan di atas, beberapa aspek yang dirasa perlu untuk dibahas menurut penulis di antaranya berupa; budaya masyarakat Islam, Islam sebagai ladang emas bagi elit politik untuk mendapatkan dukungan, serta kesejahteraan umat Islam yang dirasa masih banyak berada pada garis kemiskinan. Untuk lebih jelasnya mari kita simak penjelasan sederhana dari ketiga poin tersebut, cekidot.. .

1. Budaya Islam

Tak perlu diragukan lagi mengenai budaya atau sikap atau tingkah laku yang diajarkan dalam ajaran agama Islam. Mulai dari hal terkecil yang dilakukan seseorang untuk kebaikan diri sendiri sampai pada hal yang umum yang menyangkut pada hajat hidup orang banyak. Dimana kita tahu bahwa akhlak baik yang senantiasa diajarkan baik di sekolah-sekolah maupun pendidikan non formal atau informal menjadi suatu bentuk penilaian seorang siswa (afektif). Tentunya dari hal tersebut, peranan agama Islam sangat besar pengaruhnya dalam penanaman karakter yang baik bagi generasi. Begitu juga tentang masalah berbusana.. .

Namun ada beberapa budaya yang sepertinya (menurut penulis) perlu lebih kritisi lagi yang mana menyangkut tentang ritual keagamaan yang sifatnya menyangkut pribadi. Beberapa kalangan menyebutkan bahwa shalat atau ritual yang sifatnya pribadi lainnya merupakan suatu ritual yang akan membuat kita merasa lebih dekat dengan Tuhan, sesuatu yang dapat mengingatkan kita untuk terus menjalankan kebaikan serta meninggalkan keburukan, serta dengan shalat akan mendapatkan pahala atau dapat membantu dalam kehidupan selanjutnya. Tentu secara normatif pengertian tersebut tidak dapat disalahkan dan memang pengertian tersebut juga tidak ada salahnya, namun jika kita terus menerus mengatakan atau membicarakan tentang kehidupan selanjutnya menurut penulis menjadi suatu yang kurang baik dan dapat menjadikan beban bagi beberapa umat yang menelan bulat-bulat pengertian tersebut.

Islam dengan kitab suci Al-qur'annya secara umum dimengerti sebagai ajaran, pencerah, pembimbing, serta suatu jalan lurus yang dapat mengantarkan manusia ke dalam kebahagiaan baik di kehidupan dunia dan akhirat. Namun banyak yang malah melupakan dunia sekarang yang kita tinggali dan lebih mementingkan tentang dunia selanjutnya. Kemiskinan, kesengsaraan, ketidakberdayaan dalam kehidupan di dunia menjadikan suatu rasa keputusasaan yang menjadikan suatu pengharapan dari kalangan tersebut untuk mendapatkan kehidupan yang layak di kehidupan selanjutnya, tentunya untuk melegakan hati sesaat sah-sah saja, namun jika dapat menolong dengan aksi nyata tentunya akan menjadi lebih baik lagi.

Sholat atau puasa merupakan suatu ritual Islam untuk diri sendiri yang menurut penulis merupakan suatu kegiatan ritual yang memiliki arti yang sangat mendalam dan sangat baik jika dilakukan dan menjadi kebiasaan, yang mana dalam shalat mengajarkan kita suatu bentuk kedisiplinan dan juga menjaga kita untuk senantiasa terjaga dalam kehidupan sehari-hari. Waktu solat yang memiliki banyak artian dari subuh sampai isya, juga pentingnya sholat untuk kesehatan tubuh kita serta kebersihan diri kita. Puasa mengajarkan kita pada suatu bentuk kesabaran dan keuletan untuk bisa menahan dan berusaha terus menerus memperbaiki diri, melatih kesabaran, nafsu, serta emosi (marah), dll.

Zina, judi, minum-minuman keras, mengkonsumsi obat-obatan terlarang merupakan suatu yang dapat membahayakan/ merugikan diri sendiri yang diantaranya menjadikan kemiskinan, kesengsaraan tentunya, penyakit baik fisik juga jiwa, menjadi kurang berarti dalam jalinan bermasyarakat, serta tidak ada manfaat yang positif pastinya. Orang-orang dalam pengaruh hal-hal tersebut biasanya orang-orang yang kurang beruntung dalam kehidupan entah kesendirian, keputusasaan, kemiskinan, atau ketidak tahuan dalam dampak dari hal tersebut. Untuk generasi muda sekarang khususnya, menurut saya akan lebih mengena pada dirinya bila mana peranan agama masuk kedalam ranah yang logis bukan doktrin yang statis.

2. Islam dan Politik

Politik dan islam menjadi suatu yang ramai diperbincangkan khususnya pada tahun-tahun politik, banyaknya para elit politik ataupun para calon-calon kepala daerah sampai calon presiden berebut suara pada kalangan islam, yang mana islam merupakan agama mayoritas di negara Indonesia ini.

Pastinya terdapat susupan-susupan atau beberapa titipan dari para elit atau para calon kepala daerah tersebut kepada para pemimpin keagamaan di daerah-daerah. Hal yang kurang baik tentunya bilamana kata pemimpin agama merupakan "perintah yang pasti kebenarannya serta pasti memiliki tujuan yang pasti akan baik jalannya", sedangkan demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan yang menganut asas keterbukaan dan juga kebebasan dari setiap anggota masyarakatnya.

Kekaguman pada suatu tokoh agama, juga menjadikan suatu bentuk yang kurang baik dalam berjalannya kehidupan keumatan. Yang mana umat menjadi fanatik, serta setiap kata atau perbuatan yang dilakukan oleh tokoh agama yang di idolai menjadi dibenarkan padahal kurang tepat untuk dilakukan. Hal ini tentunya perlu dikritisi dan dibenahi lagi.. .

Suatu garis darah atau keturunan juga menjadi pembeda dalam kelas atau kehidupan beragama, kadang menjadi pemikiran tersendiri dimana dikatakan "Allah menciptakan manusia sama derajatnya", namun sayangnya di dunia nyata (kehidupan sehari-hari) tidaklah begitu. Kiranya akan menjadi suatu pemandangan yang lebih indah bilamana penghormatan pada seorang pemuka, pemimpin, atau elit agama tidak harus begitu di unggul-unggulkan/ di agung-agungkan (Allah juga tidak suka hal yang berlebihan).

Iklim politik dalam internal beberapa partai atau kelompok agama juga tidak boleh kita lupakan, yang mana terkadang terlalu terbuka dan keras dalam memberikan suatu anggapan atau doktrin kepada para pengikutnya bahwa kelompok yang di ikuti adalah kelompok yang terbaik. Tentunya mengenai masalah ini diperlukan keterbukaan, serta keluasan cara berfikir umat agar tidak sampai menimbulkan konflik internal dalam jalinan suatu agama.

Kita juga masing samar-samar mengingat tentang adanya kecurangan-kecurangan dalam pemerintahan yang mana adanya korupsi, KKN, serta banyak yang lainnya (kompas.com, news.detik.com, jawapos.com). Menjadi tercoreng nama baik dari suatu agama, tentunya ini tak boleh dilupakan walaupun manusia tak luput dari suatu kesalahan.

3. Kesejahteraan Umat Islam

Kesejahteraan umat Islam, merupakan suatu hal yang sangat menarik menurut penulis untuk dibicarakan. Yang mana masih banyak sekali masyarakat kita berapa pada garis kemiskinan maupun masyarakat yang rentan, dalam hal ini tidak dilengkapi data namun kita dapat mengambil kesimpulan bahwa karna mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam tentunya sebagian besar masyarakat yang berada pada garis kemiskinan merupakan umat Islam.

Dari masalah pendidikan, kemampuan (skill), pemikiran, gaya hidup, serta masih banyak lagi menjadi suatu yang sangat-sangat perlu diperhatikan. Banyaknya kelompok agama Islam yang mendirikan suatu pendidikan baik formal, non formal atau yang lainnya bisa dikatakan hanya memberikan suatu bentuk pendidikan tentang alam surgawi, membentuk ahli-ahli pencipta kehidupan selanjutnya, namun kurang memperhatikan kehidupan sekarang. Banyak data yang menyebutkan tentang hal ini.. . Contribution Of Mathematic Models To Islamic Economic (International Journal of Ethics and Systems), Islamic Finance: Financial Inclusion Or Migration (International Journal of Islamic Finance), Islamic Monetary Economics: Insights From Literature (Islamic Research and Training Institute), dan masih banyak lagi.

Menurut penulis, selagi masih adanya doktrin "Tidak apa-apa menderita di dunia, asal tidak di akhirat" akan sangat sulit bagi umat Islam khususnya di kalangan pedesaan untuk mampu bertumbuh dan berkembang menuju pada arah "kesejahteraan" seperti apa yang banyak orang inginkan. Juga "Banyak anak, banyak rezeki" sedangkan sumberdaya yang dimiliki sangat terbatas, hal ini hanya akan menjadikan kesengsaraan yang terus berulang dan berputar-putar pada generasi penerus (jika dikaitkan pada kehidupan sekarang).

Pendidikan yang senantiasa selalu bertumbuh, dari yang wajib belajar 9 tahun, menjadi 12 tahun, bahkan dengan perkembangan dunia sekarang akan lebih dituntut lagi menjadi minimal strata 1 atau diploma 4, bahkan masih ada sekolah untuk profesi setelah lulus strata 1 atau diploma 4. Tentunya peran orang tua, serta akses informasi, dan keterbukaan pikiran harus lebih-lebih disosialisasikan agar terjadi kenaikan kelas dan meningkatkan status derajat hidup keluarga. Masih lagi kita harus berjuang dalam persaingan global.

Ini sangat penting (menurut penulis), bukan hanya memberikan suatu puja-puji saja pada suatu kelompok dalam agama, namun juga kita perlu kritisi agar menjadikan suatu peningkatan dan perkembangan ke arah yang lebih baik lagi.

Pentingnya agama terjun pada bidang-bidang keahlian tertentu, seperti; teknologi, ilmu alam, ekonomi, serta lainya untuk menunjang pemberdayaan umat serta mencapai kemandirian ekonomi umat.

Kita juga perlu mengingat tentang pelabelan "Teroris" pada umat islam, juga "Islam Radikal", dan yang lainnya. Menurut hemat penulis kejadian ini bukan dikarenakan karena kesalahan dalam penafsiran ajaran agama, namun dikarenakan kesengajaan yang mana dilatar belakangi dari suatu bentuk ketidak berdayaan, kemelaratan, serta ketidak adilan dalam kehidupan umat. Ketertinggalan dalam berbagai akses serta kesengsaraan hidup menjadi faktor utama terjadinya hal tersebut, yang mana dengan embel-embel masuk surga para pelaku suka-rela melakukan hal tersebut, tentunya didasari dari kehidupan di dunia yang sengsara.

***

Kiranya sangat penting (menurut penulis) agama berperan aktif dalam masalah ketiga hal tersebut di atas, bukan hanya pada kalangan elit saja pemikiran-pemikiran tersebut berhenti namun harus sampai pada unsur masyarakat terbawah. Kiranya dengan hal tersebut, ketimpangan akan menjadi sedikit teratasi, mungkin masih sangat terasa pada masalah ketimpangan dalam hal ekonomi atau kesejahteraan masyarakat, namun dengan pikiran yang terbuka sekiranya akan dapat memperoleh suatu generasi yang lebih baik di kemudian harinya. Yang tidak hanya terkungkung dengan doktrin-doktrin dan mengutamakan berlogika dalam menjalankan kehidupan beragama.

Diskusi

Dilansir dari artikel satuharapan.com dengan judul "Agama: Mencerdaskan atau Membodohkan?". Memberikan pengertian bahwa agama yang mencerdaskan adalah suatu agama yang memberikan atau mengutamakan spiritualitas dan juga etika moral personal serta komunal (sosial) yang membawa kedamaian, kesejahteraan, serta kemakmuran. Oleh karena itu diperlukan kehidupan beragama yang rasional-manusiawi.

Umat perlu memiliki pemikiran yang kritis (yang mana ini menjadi hal yang penting yang harus dimiliki oleh peserta didik di sekolah/ perguruan tinggi) terhadap berbagai ajaran agama, pengetahuan serta wawasan beragama, juga sosial kenegaraan (pendidikan menjadi sangat penting dalam hal ini). Kebijakan pemerintah, hukum perundang-undangan, masalah birokrasi dan politis perlu dihindari dalam jalinan keagamaan. Kemudian dalam hal keberpihakan serta diskriminasi perlu dikikis habis.

Lebih jauh lagi, dalam artikel tersebut menyebutkan bahwa pemimpin agama, umat, serta pemerintah memainkan peran yang utama dan mutlak. Apakah suatu ajaran agama memberikan ajaran-ajaran yang baik serta mencerahkan kehidupan umat. Sehingga terjadi suatu ajaran yang mencerdaskan serta dapat membantu dalam kehidupan di dunia ini dan memberikan kesejahteraan dalam kehidupan umat.

Tentunya keberlangsungan hidup dalam jalinan keagamaan yang indah menjadi suatu hal yang diharapkan semua anggota masyarakat. Peran agama guna untuk mencerahkan serta memberikan kehidupan yang baik menjadi pengharapan setiap umat. Peranan agama menjadi penting serta dapat menjadi suatu hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat yang mana, agama menjadi tolak ukur serta norma dan nilai yang melekat serta menjadi kebenaran mutlak bagi setiap penganutnya.

Arah yang lurus serta keseimbangan dalam kehidupan baik untuk hidup didunia dan akhirat merupakan suatu yang di idam-idamkan. Kemampuan, pola pikir, gaya hidup, serta aturan-aturan lainnya harus progresif, serta memandang jauh arah kemajuan jaman.

***

Tentunya banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan. Sangat penting dan suatu kebanggan tersendiri jika pembaca memberikan kritik dan sarannya (karena pikiran disebut pikiran jika ada sanggahan *Rocky Gerung). Akhir kata, terima kasih dari penulis untuk pembaca yang telah menyempatkan waktunya untuk melihat tulisan sederhana ini. Sekian dan semoga bermanfaat.. .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun