Kesehatan ginjal merupakan salah satu aspek vital dalam menjaga kualitas hidup, namun sering kali kurang mendapat perhatian dari masyarakat, terutama di wilayah pedesaan yang akses layanan kesehatannya terbatas. Berangkat dari kesadaran akan pentingnya pencegahan sejak dini, sebuah kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan oleh dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa Program Studi Keperawatan Blora Poltekkes Kemenkes Semarang di balai desa dengan tujuan memberikan edukasi dan deteksi dini kesehatan ginjal melalui pemeriksaan tekanan darah, pengukuran kadar gula darah, dan asam urat. Kegiatan ini dibawah kendali ketua Pengabmas yaitu Cipto, S.Kep.,Ners, MH.Kes dan dihadiri oleh Kepala Desa Sukorejo Kecamatan Tunjungan, Sutrisno, yang memberikan sambutan dan dukungan penuh, Bidan Desa yang memimpin jalannya pemeriksaan, para kader kesehatan desa yang membantu pelayanan, serta 25 orang peserta yang mayoritas merupakan wanita berusia 30–60 tahun dengan latar belakang sebagai ibu rumah tangga aktif di kegiatan Posyandu dan kelompok PKK. Acara dimulai pukul 14.00 WIB dengan pembukaan yang menekankan pentingnya kesehatan sebagai modal utama dalam menjalani aktivitas sehari-hari, dilanjutkan dengan sesi penyuluhan mengenai fungsi dan peran ginjal dalam tubuh, faktor risiko kerusakan ginjal seperti hipertensi, diabetes melitus, dan hiperurisemia, serta langkah-langkah pencegahan seperti mengatur pola makan rendah garam, minum air putih cukup, menjaga berat badan ideal, rutin berolahraga, serta menghindari kebiasaan merokok dan konsumsi obat tanpa resep dalam jangka panjang. Penyuluhan disampaikan secara interaktif menggunakan media presentasi dan leaflet bergambar agar mudah dipahami, diiringi sesi tanya jawab yang membahas berbagai mitos dan fakta kesehatan ginjal, mulai dari efek minum air es hingga keamanan penggunaan obat herbal. Setelah sesi edukasi, peserta diarahkan untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan yang dibagi menjadi tiga pos, yaitu pemeriksaan tekanan darah menggunakan tensimeter digital, pengukuran kadar gula darah sewaktu dengan glukometer, dan pengukuran kadar asam urat menggunakan alat uji cepat; semua proses dilakukan dengan protokol kebersihan ketat menggunakan sarung tangan medis, lancet sekali pakai, dan alcohol swab. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 84% peserta memiliki tekanan darah normal, 12% berada pada kategori pra-hipertensi, dan 4% terindikasi hipertensi; pada pemeriksaan gula darah sewaktu, 92% berada dalam rentang normal, 2% pra-diabetes. Peserta yang hasilnya di luar batas normal diberikan penjelasan individu dan surat rujukan untuk pemeriksaan lanjutan di Puskesmas. Respon peserta sangat positif, terbukti dari antusiasme mereka bertanya dan mengikuti seluruh rangkaian acara, bahkan beberapa di antaranya mengaku baru pertama kali mengetahui kadar gula darah atau asam uratnya. Salah satu peserta, Ibu M(35 tahun), mengungkapkan bahwa ia sering merasakan pegal di kaki namun tidak pernah memeriksakan diri, dan setelah kegiatan ini ia bertekad untuk mulai mengatur pola makan dan rutin memeriksa kesehatan. Para kader kesehatan mengapresiasi kegiatan ini karena memberi mereka pengalaman praktis sekaligus memperkuat kapasitas dalam melakukan skrining penyakit tidak menular di tingkat desa. Selain hasil pemeriksaan, kegiatan ini juga menghasilkan peningkatan signifikan dalam pengetahuan kesehatan masyarakat. Keberhasilan ini tidak lepas dari sinergi seluruh pihak, mulai dari dukungan Kepala Desa yang memfasilitasi tempat dan menggerakkan masyarakat, peran Bidan Desa yang memastikan pemeriksaan berjalan sesuai prosedur, hingga kontribusi kader kesehatan yang aktif membantu teknis pelaksanaan. Lebih dari sekadar kegiatan sehari, pengabdian ini menjadi pemicu bagi warga untuk lebih peduli terhadap kesehatan ginjal dan melakukan deteksi dini secara berkala, karena kerusakan ginjal bersifat progresif dan sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Dari sisi kesehatan masyarakat, intervensi seperti ini terbukti efektif karena menggabungkan aspek edukasi dan pelayanan langsung, sehingga tidak hanya meningkatkan pengetahuan tetapi juga memberikan data riil mengenai kondisi kesehatan warga yang dapat digunakan untuk perencanaan program kesehatan desa. Ke depan, diharapkan kegiatan serupa dapat dilakukan secara rutin, misalnya tiga bulan sekali, serta diperluas cakupannya mencakup pemeriksaan fungsi ginjal melalui uji laboratorium sederhana jika memungkinkan, sekaligus edukasi tentang pengelolaan penyakit penyerta seperti hipertensi dan diabetes yang menjadi faktor risiko utama. Dengan langkah konsisten, diiringi pola hidup sehat yang diterapkan masyarakat, upaya pencegahan kerusakan ginjal sejak dini dapat berjalan lebih efektif, dan cita-cita membentuk desa yang sehat, produktif, dan sejahtera akan semakin dekat terwujud.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI