Mohon tunggu...
Ajeng FayzahAliyahputri
Ajeng FayzahAliyahputri Mohon Tunggu... mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Organisasi INDISCHE PARTIJ dalam Pergerakan Nasional Indonesia

25 Juni 2025   12:49 Diperbarui: 25 Juni 2025   12:49 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

LATAR BELAKANG

Pada awal abad ke-20, masyarakat Hindia Belanda hidup di bawah sistem kolonial yang secara struktural mendiskriminasi pendidikan, ekonomi, dan hak sipil kaum pribumi serta Indo-Eropa. Belanda totok mendominasi akses ke sekolah dan jabatan bergengsi, sementara pribumi dan Indo terbatas, sebagaimana terlihat dari pelarangan masuk ke sekolah kedokteran seperti NIAS di Surabaya. Kondisi ini menimbulkan kekecewaan mendalam, terutama di kalangan intelektual muda seperti Ernest Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal sebagai "Tiga Serangkai". Mereka menyadari bahwa diskriminasi ini hanya bisa diatasi dengan solidaritas lintas etnis dan kalangan, menumbuhkan semangat nasionalisme inklusif, yang kemudian dirumuskan dalam semboyan "Indie voor Indiers" (Hindia untuk orang Hindia).
Berdasarkan kesadaran dan semangat tersebut, pada 25 Desember 1912 didirikanlah Indische Partij di Bandung sebagai partai politik multi-ras pertama yang secara terbuka menuntut kemerdekaan Hindia Belanda. Organisasi ini menetapkan visi nasionalisme yang lebih meluas merangkul seluruh etnis, termasuk pribumi, Indo, Tionghoa, dan Arab---dengan tujuan memperjuangkan hak politik, sosial, dan ekonomi secara setara. Dengan cepat organisasi ini berkembang: dalam waktu singkat membentuk sekitar 25 cabang dan menggaet lebih dari 7.000 anggota, termasuk sekitar 1.000 dari kalangan pribumi.
Untuk menyebarkan ide dan kritik terhadap sistem kolonial, Indische Partij meluncurkan media massa seperti surat kabar De Express dan majalah Het Tijdschrift. Melalui publikasi ini, tokoh-tokohnya menulis artikel tegas dan satir---misalnya tulisan "Als ik eens Nederlander was" yang menjurutkan kritik tajam terhadap perayaan kemerdekaan Belanda yang meminggirkan rakyat Hindia. Langkah tersebut menggugah kesadaran politik publik dan membuat pemerintah kolonial segera merasa terancam.
Namun, langkah mereka tidak berjalan mulus. Penolakan atas legalitas, pengawasan ketat, dan tuduhan membahayakan keamanan umum memaksa pemerintah Belanda membubarkan partai tersebut pada 4 Maret 1913 dan mengasingkan para pendirinya ke Belanda, walau hidupnya singkat, Indische Partij meninggalkan jejak penting: membentuk fondasi nasionalisme inklusif, memperkenalkan politik modern berbasis media massa, dan mengilhami lahirnya organisasi-organisasi nasionalis berikutnya seperti Insulinde, Sarekat Hindia, dan PNI.

PEMBAHASAN

Indische Partij mengambil peran strategis sebagai pelopor nasionalisme inklusif yang memperjuangkan kebangsaan tanpa membedakan latar belakang etnis. Organisasi yang didirikan oleh Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat pada 25 Desember 1912 ini memiliki ciri khas merangkul berbagai golongan pribumi, Indo, Eropa, Tionghoa, dan Arab dalam satu identitas nasional bersama,"Hindia voor Indiers". Dengan pendekatan modern seperti ini, mereka menjadi organisasi politik pertama di Hindia Belanda yang secara tegas menuntut kemerdekaan (zelfbestuur), memperjuangkan kesetaraan hak, serta membangun rasa patriotisme di kalangan rakyat.
Dalam menjalankan misinya, Indische Partij menerapkan strategi yang dikenal sebagai gerakan non-kooperatif, yakni menolak kerja sama dengan pemerintah kolonial dan memilih untuk mengekspresikan perlawanan lewat media massa. Mereka mendirikan surat kabar dan majalah sendiri De Expres dan Het Tijdschrift yang menjadi corong perjuangan untuk menyebarkan ide nasionalisme dan kritik sosial secara kritis dan luas. Artikel seperti tulisan Suwardi "Als ik een Nederlander was menunjukkan keberanian mereka menyindir dan mempermalukan pemerintah kolonial yang merayakan merdeka Belanda, sementara Hindia masih dijajah.
Selain itu, mereka aktif melakukan mobilisasi massa dan edukasi politik. Indische Partij membuka sekitar 25--30 cabang di kota-kota besar seperti Bandung, Semarang, Surabaya, dan Jakarta hanya dalam hitungan bulan, dengan jumlah keanggotaan mencapai 7.000 orang. Pertemuan umum dan diskusi politik diadakan untuk membina kesadaran rakyat dan memberi ruang bagi berbagai kelompok untuk turut serta memperjuangkan kemerdekaan Hindia Belanda secara kolektif.
Melalui strategi ini, Indische Partij menginspirasi banyak organisasi nasionalis berikutnya. Pemikiran serta gaya perjuangan berbasis media dan pendidikan mereka berpengaruh kuat terhadap Insulinde, Sarekat Hindia (yang muncul tahun 1919), Perhimpunan Indonesia, dan bahkan menjadi modal lahirnya PNI. Sekalipun usianya singkat dibubarkan pada Maret 1913 dan para pemimpin diasingkan warisan ideologis dan metodologisnya tetap hidup dan terbukti menjadi pijakan penting bagi pergerakan nasional yang lebih besar dan beragam.

STRATEGI

Indische Partij mengadopsi strategi perjuangan yang tegas dan non-kooperatif, sebagai bentuk perlawanan langsung terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Mereka secara terang-terangan menolak untuk bekerja sama dan memilih jalur politis sendiri, menjalankan propaganda politik intensif melalui media massa yang mereka kendalikan seperti surat kabar De Expres dan majalah Het Tijdschrift. Melalui tulisan kritis, satir, dan tajam, mereka menyuarakan tuntutan kemerdekaan (zelfbestuur), menghapus diskriminasi, serta menyentil kebijakan kolonial yang diskriminatif. Selain itu, Indische Partij aktif melakukan mobilisasi massa dengan membentuk puluhan cabang di kota-kota seperti Bandung, Semarang, Surabaya, dan Batavia sekitar 25--30 cabang dalam beberapa bulan, dan menarik lebih dari 7.000 anggota dari berbagai latar belakang etnis. Mereka juga menggelar rapat umum dan diskusi politik secara terbuka untuk meningkatkan kesadaran nasional dan mengedukasi masyarakat tentang hak-hak politik dan sosial. Selain itu, partai ini berusaha membangun koalisi lintas organisasi, termasuk dengan Sarekat Islam dan Budi Utomo, meskipun pendekatan radikal mereka tetap menjadi identitas utama. Dengan kombinasi strategi itu media, massa, edukasi, dan solidaritasIndische Partij meletakkan paradigma perlawanan modern yang jauh melampaui retorika, memaksa pemerintahan kolonial untuk merespons: akhirnya dibubarkan dan para pemimpinnya diasingkan pada Maret 1913.

PENUTUP

Meskipun umur Indische Partij singkathanya berlangsung dari akhir Desember 1912 hingga pembubarannya pada Maret 1913, dampaknya terhadap pergerakan nasional sangat signifikan. Organisasi ini menjadi pionir nasionalisme inklusif di Hindia Belanda, memperkenalkan gagasan bahwa kemerdekaan bukan sekadar hak satu golongan, melainkan perjuangan bersama seluruh etnis yang menganggap Hindia sebagai tanah air mereka. Dengan strategi non-kooperatif, mobilisasi media massa, dan pendirian puluhan cabang yang menghimpun ribuan anggota, Indische Partij berhasil menumbuhkan kesadaran politik kolektif dan menantang sistem kolonial secara langsung. Meskipun dibubarkan dan pengurusnya diasingkan, pemikiran-pemikiran revolusioner dari Tiga Serangkai: Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat tetap hidup dan terus menginspirasi organisasi-organisasi nasional selanjutnya seperti Sarekat Hindia/Insulinde, Perhimpunan Indonesia, dan PNI yang kemudian memimpin perjuangan kemerdekaan, tak hanya secara ideologis, tetapi juga melalui taktik politik modern dan pendidikan massa. Dengan demikian, peran Indische Partij bisa dianggap sebagai fondasi signifikan yang membuka jalan bagi lahirnya gerakan kemerdekaan yang lebih besar dan berpengaruh, menjadikannya salah satu tonggak penting dalam sejarah panjang nasionalisme Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun