Mohon tunggu...
Ai Yuhani
Ai Yuhani Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN Cicariu Kota Tasikmalaya

Hobi membaca novel online

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akhir Penantian

20 Januari 2023   14:47 Diperbarui: 20 Januari 2023   15:16 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah menjadi tradisi di setiap daerah, tiap bulan lahirnya kemerdekaan Republik Indonesia selalu diisi dengan lomba-lomba dan balapan,juga hiburan. Begitu juga di kampungku, sedang ramai memeriahkan hari kemerdekaan Republik Indonesia. 

Pagi itu, aku sudah siap untuk pergi ke lapangan yang tidak terlalu jauh dari jalan dan bertetanggaan dengan sungai  guna mengatur acara. Kuciumi tangan Ibu dengan takzim. Ibu hanya mengulum senyum melepas kepergianku, sambil berkata bahwa nanti  beliau akan menyusul.

Acara pun dimulai dengan balapan untuk anak-anak. Untuk menghangatkan suasana, musik pun dimainkan agar anak-anak bersemangat. Semua bergembira,  sorak sorai penonton bergemuruh ketika ada hal lucu yang terjadi dalam balapan.

Tiba-tiba dari atas jembatan yang melintasi sungai terlihat sebuah mobil avanza yang melaju dengan sangat kencang, tetapi anehnya laju mobil itu tidak lurus tetapi malah belok ke lapang.

Aku terkesiap, dengan panik aku berteriak sekeras-kerasnya di mikrofon," Awas, mingir-minggir!,lari cari tempat aman!" 

Suasana jadi mencekam, orang berhamburan berlari menghindari amukan mobil yang tanpa kendali. Sebagian warga  yang tidak sempat  menyelamatkan diri, terseret oleh mobil dan terpelanting jatuh. Jerit dan tangis berbaur menjadi satu. Dan akhirnya terdengar suara braakkk! Ternyata mobil menabrak pohon, dan seketika mobil terhenti.

Sebagian  ribut memberikan pertolongan kepada yang mendapat luka-luka, anak-anak menangis ketakutan melihat darah.  Sebagian warga segera menyiapkan mobil untuk mengangkut korban yang  luka ke puskesmas. Sementara warga yang lain segera memburu pengemudi mobil yang tak lain adalah anak orang kaya di tetangga kampungku.

Kalau tidak dicegah, pengemudi  tersebut pasti sudah  babak belur diamuk warga. Segera pengemudi tersebut dibawa ke kantor polisi untuk dimintai pertanggungjawaban. Setelah diusut ternyata pengemudi tersebut mabuk berat.

Sungguh hari yang sangat melelahkan dan menakutkan. 10 orang menjadi korban tabrak maut dari sipemabuk. Yang luka ringan sudah dibawa pulang ke rumah masing-masing , yang luka berat dirujuk ke rumah sakit.

Dengan lunglai aku pulang ke rumah, begitu pun dengan ayah. Sepulang dari masjid aku agak kaget, karena rumah sepi, biasanya sehabis  asar begini Ibu pasti sibuk memasak di dapur, tetapi sekarang tidak terdengar suaranya. Kucari ke dapur, tidak ada, di kamar dan juga sekeliling rumah tidak ada. Aku berpikir mungkin ibu sedang ke warung. Tetapi ditunggu setengah jam kemudian Ibu tidak kunjung datang.

Segera kuhampiri ayah yang sepulang dari masjid terus ke pos ronda  mengobrol  dengan topik kejadian tadi siang. "Ayah, Ibu masih belum di rumah, masa sampai sore begini ibu belum ke rumah, dari tadi kan urusan yang celaka sudah selesai!, kataku. Ayah berkata kaget" Masa ?Sudah kamu cari ke rumah tetangga?" Aku hanya menjawab dengan anggukan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun