Pendidikan politik di Indonesia sudah ada sejak lama, bahkan sejak zaman prasejarah. Seiring waktu, pendidikan politik ini berkembang mengikuti perubahan sosial, budaya, dan politik di Indonesia. Dari masa lalu hingga sekarang, pendidikan politik berperan penting dalam membentuk pemahaman masyarakat tentang hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara. Artikel ini akan membahas bagaimana pendidikan politik di Indonesia berkembang dari waktu ke waktu.
Masa Prasejarah
Pada zaman prasejarah, pendidikan politik di Indonesia dilakukan secara informal, biasanya dalam keluarga. Anak-anak diajarkan cara bertahan hidup, seperti berburu dan berkebun, serta cara berinteraksi dengan alam. Walaupun tidak ada sistem pendidikan formal, nilai-nilai seperti tanggung jawab sosial dan kepemimpinan sudah diajarkan, meski dalam bentuk yang sederhana. Pada waktu itu, masyarakat hidup dalam kelompok kecil yang saling bergantung pada satu sama lain. Mereka belajar nilai penting tentang kerja sama, pengambilan keputusan kolektif, dan pentingnya menjaga keseimbangan antara alam dan manusia. Meskipun belum ada struktur pemerintahan formal, nilai-nilai ini berperan penting dalam pembentukan pola pikir masyarakat tentang kehidupan sosial dan politik.
Zaman Kerajaan Hindu-Buddha
Saat memasuki zaman kerajaan Hindu-Buddha, pendidikan mulai lebih terstruktur. Kerajaan seperti Tarumanegara dan Kutai menjadi pusat pembelajaran. Pada masa ini, pendidikan lebih banyak berkaitan dengan agama dan filsafat. Para brahmana dan raja bertindak sebagai pendidik, mengajarkan nilai-nilai moral dan etika kepada masyarakat. Namun, pendidikan hanya bisa diakses oleh kalangan bangsawan atau kasta tinggi, sehingga ada perbedaan besar antara yang mendapatkan pendidikan dan yang tidak. Di kerajaan-kerajaan ini, pendidikan berperan penting dalam menjaga stabilitas politik dan sosial, karena penguasa dan elit kerajaan menggunakan pendidikan sebagai alat untuk mengukuhkan kedudukan mereka. Selain itu, pengaruh agama Hindu dan Buddha juga memperkenalkan nilai-nilai tentang kehidupan setelah mati dan sistem kepercayaan yang mendalam mengenai karma, dharma, serta kewajiban moral terhadap sesama.
Zaman Kerajaan Islam
Masuknya Islam ke Indonesia membawa perubahan besar dalam pendidikan. Para pedagang yang membawa agama Islam juga berperan sebagai pendidik. Mereka mengajarkan agama Islam, serta nilai-nilai sosial dan moral yang berlaku dalam masyarakat. Wali Songo, kelompok ulama terkenal, memainkan peran besar dalam penyebaran Islam, terutama di Jawa. Pendidikan pada masa ini mulai lebih inklusif dan menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat. Di samping mengajarkan agama, mereka juga menekankan pentingnya keadilan dan kesejahteraan sosial. Selain pendidikan agama, pendidikan politik pada masa ini mulai mengajarkan sistem pemerintahan Islam, di mana nilai-nilai seperti musyawarah dan keadilan sangat ditekankan. Hal ini mendorong lahirnya pemikiran-pemikiran politik yang lebih egaliter dan berbasis pada nilai sosial.Â
Zaman Kolonial Belanda
Saat Indonesia dijajah Belanda, pendidikan menjadi terbatas dan hanya berfokus pada kepentingan penjajah. Belanda mengajarkan rakyat Indonesia untuk menjadi tenaga kerja murah. Meski demikian, di tengah keterbatasan itu, muncul tokoh-tokoh pendidikan yang memperjuangkan hak-hak rakyat, seperti Soetomo dan R.A. Kartini. Mereka mulai memperkenalkan ide-ide tentang kemerdekaan dan kesetaraan. Pada masa ini, pendidikan politik mulai berkembang, walau masih terbatas dan tidak merata. Hanya segelintir orang Indonesia yang mendapat kesempatan untuk belajar di sekolah-sekolah Barat yang dibuka oleh Belanda.
Pendidikan Kaum Pergerakan Kebangsaan
Pada masa ini, Pemerintah Belanda mulai menerapkan kebijakan yang dikenal dengan Politik Etis, yang membuka kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Ki Hajar Dewantara muncul sebagai salah satu tokoh penting. Ia mendirikan Taman Siswa untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih bebas dan sesuai dengan budaya Indonesia. Pendidikan pada masa ini lebih menekankan pada pembentukan identitas bangsa dan kesadaran untuk merdeka.