ARIKEL UMKM
Batik Arthala
Nama: Damar Fadjrin
Prodi: Manajemen
Pendahuluan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Tidak hanya sebagai penggerak ekonomi kerakyatan, tetapi juga sebagai wadah pelestarian budaya dan sejarah. Melalui produk, jasa, maupun aktivitasnya, banyak UMKM yang berupaya menjaga nilai-nilai tradisi agar tetap relevan di tengah arus modernisasi. Salah satunya adalah UMKM yang berfokus pada produk berbasis sejarah, baik berupa makanan tradisional, kerajinan tangan, maupun jasa wisata edukasi.
Artikel ini ditulis berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pelaku UMKM di bidang kerajinan tangan yang mengangkat tema sejarah lokal, yaitu UMKM Batik Arthala, yang berlokasi di PGB Merdeka. Wawancara dilakukan secara mendalam untuk menggali bagaimana usaha ini dijalankan, apa saja kendala yang dihadapi, serta solusi yang dapat diterapkan agar UMKM tetap berkembang di masa depan.
Profil UMKM Batik Arthala
UMKM ini berdiri sejak tahun 2012, diprakarsai oleh Ibu Siti Rahmawati, seorang pengrajin batik tulis yang mewarisi keterampilan membatik dari orang tuanya. Keunikan utama dari usaha ini adalah mengangkat motif-motif batik klasik yang memiliki makna sejarah, seperti motif Parang Rusak, Kawung, dan Sido Mukti. Menurut Ibu Rahmawati, setiap motif batik bukan hanya sekadar hiasan, melainkan juga merepresentasikan filosofi kehidupan Jawa dan kisah sejarah kerajaan-kerajaan terdahulu.
Selain menjual kain batik, UMKM ini juga mengembangkan produk turunan seperti tas, selendang, dan baju dengan sentuhan motif klasik. Mereka juga membuka kelas singkat membatik untuk wisatawan yang ingin belajar langsung proses membatik, mulai dari menggambar pola, mencanting, hingga pewarnaan alami.Â
Dengan mengusung tagline "Merangkai Sejarah dalam Setiap Coretan Canting", UMKM ini berkomitmen tidak hanya pada aspek bisnis, tetapi juga pada pelestarian budaya sejarah melalui batik.