Mohon tunggu...
Aisha Noor
Aisha Noor Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

Sampoerna University student, majoring in English Language Teaching, 2016 cohort.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengimplementasikan Sistem Siap Tempur Krisis Pangan, Aerofarm Indoor

22 Mei 2019   01:52 Diperbarui: 22 Mei 2019   02:58 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sistem pertanian di Indonesia tengah mendapat sorotan tajam dari para pemerintah, guna meningkatkan keefktivitasan produksi tani bagi masyarakat. Dikutip melalui koran Kompas pada tahun 2018, Presiden Jokowi dan wakilnya, Jusuf Kalla, pun turut andil dalam menggerakkan roda tani agar pembangunan kedaulatan pangan dan kesejahteraan para pertani dapat diwujudkan .

Berdasarkan data yang ditulis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai kurva pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018, Indonesia mendapat sokongan pendapatan mencapai 13,63 persen pada produk domestik bruto (PDB). Hal ini menandakan bahwa kontribusi sektor pertanian berada satu tingkat di bawah produksi industri pengolahan.

Melalui data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian mengambil peran penting dalam kemajuan ekonomi untuk rakyat Indonesia. Namun, terindikasi beberapa masalah yang dapat menghambat laju produksi pada sektor pertanian seperti yang dilansir oleh Sekretaris Jendral Bambang Waluyo dari Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).

Beliau menyatakan bahwa terdapat lima permasalahan mendatang yang harus dihindari guna tetap menjaga kestabilan produksi sektor tani: masalah modal untuk pembangunan sektor tani tersebut, lahan yang semakin menipis, teknologi pertanian modern yang belum memadai, pengolahan pupuk untuk budi daya tanaman, dan juga kurangnya pemasaran produksi pada sektor pertanian.

Kelima permasalahan tersebut juga diulas kembali oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukhti pada tahun 2019, dimana sektor pertanian di bumi pertiwi tengah bertikai dengan luas lahan pertanian yang ada, pendapatan atas para petani, kemampuan dari SDM, pengelolaan lahan yang kurang adil, dan kurangnya ketersediaan para ahli pada bidang ini yang mumpuni.

Melalui kedua paparan tersebut, ditemukan sebuah titik persamaan atas permasalahan yang tengah dihadapi oleh sektor tani di Indonesia, yakni krisisnya lahan untuk pertanian itu sendiri. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan data mengenai luas lahan sawah yang kian terkikis jumlahnya. Pada tahun 2018, tercatat bila Indonesia masih memiliki 7,1 juta hektare lahan, dimana angka ini menurun dari tahun sebelumnya yang berjumlah 7,75 juta hektare.

Penipisan lahan ini terjadi akibat adanya pergantian alih fungsi lahan yang menjadi kawasan industri dan juga perumahan. Adapula lahan-lahan pertanian ini juga dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit dengan skala besar. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian pun mengupayakan sebuah program kelola sawah yang mampu menghasilkan sekitar 60 ha sawah per tahun. Dengan demikian, Indonesia mengalami kerugian sekitar 350 ribu ha dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.

Bila luas potensial lahan untuk bertani kian menurun, sumbangsih pemasukan melalui roda pertanian akan tersendat dan kerugian pada negeri ini kian meningkat. Fakta inilah yang dapat menyebabkan Indonesia darurat pangan akan benar-benar terjadi pada tahun 2020 mendatang. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup cepat dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan bahan pangan guna memenuhi kebutuhan setiap penduduk yang ada. Maka dari itu, inovasi pertanian harus segera diupayakan mengingat dua hal tersebut, bila tidak segera ditemukan solusinya, akan menimbulkan masalah pangan yang cukup serius.

Salah satu solusi dari masalah tersebut adalah aerofarm indoor dan sudah diuji coba oleh seorang mahasiswa fakultas teknik industri, Universitas Sampoerna. Sistem ini menggunakan sistem tanam secara aeroponik dengan menggabungkan beberapa elemen di dalamnya, seperti SMART technology dan juga ruang lingkup tanam secara indoor.

Menilik dari unsur kebahasaan, aeroponik mengandung dua buah kata, yaitu aero dan ponus. Aero merupakan udara, sedangkan ponus ialah daya, sehingga dapat disimpulkan bila aeroponik merupakan sebuah sistem dengan memberdayakan udara tanpa menggunakan tanah sebagai media penanaman.

Sebagai pengganti tanah, tanaman dibiarkan terbuka sehingga akar-akarnya menggantung di udara dan mendapatkan unsur air melalui penyemprotan secara berkala. Akar-akar ini kemudian akan tumbuh menjuntai ke bawah dan mendapatkan nutrisi-nutrisi tambahan yang berasal dari alat yang telah dipasang di sisi tanaman. Dengan perawatan yang teratur, hasil budi daya dengan menggunakan sistem aeroponik dapat memberikan hasil mumpuni dari segi kuantitas, kualitas, dan kontinuitas. Hal tersebut juga diperkuat oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) dan Agritek Tasa Nusantara (ATN) melalui sebuah data yang menyatakan bila penggunaan sistem aeroponik kian dikembangkan pada percobaan budidaya benih kentang unggul.

Berdasarkan informasi tersebut, guna menunjang sistem tanam aeroponik, dibangunlah sebuah ruang khusus tanam dengan konsep indoor, dimana peletakan setiap tanaman akan dipetakan secara vertikal. Metode penanaman seperti ini mengadopsi konsep vertical farming yang bertujuan untuk memproduksi makanan pada kondisi lingkungan yang tak mendukung, seperti lahan yang terbatas atau bahkan tak tersedia. Sehingga, dapat dilihat bila konsep ini dapat diterapkan di perkotaan dengan menggunakan ruangan khusus pada bangunan-bangunan pencakar langit untuk menanam buah-buahan dan sayur-sayuran.

Selain itu, terdapat beberapa perangkat teknologi digital yang dibuat guna mengatur tingkat pencahayaan (SMART LED), tingkat suhu (SMART Temperature), kadar kelembapan (SMART Humidity), dan juga kadar nutrisi pada setiap tanaman (SMART Nutrition). Pada pengembangan teknologi guna mengatur tingkat pencahayaan, akan dioperasikan lampu-lampu listrik pemancar cahaya LED untuk menggantikan cahaya matahari yang dibutuhkan oleh tanaman. Adapun pemancar cahaya LED ini bisa digantikan dengan pemancar cahaya dari panel surya. Sedangkan untuk pengaturan suhu, akan dipasang pendingin udara atau Air Conditioner (AC) dengan indeks pengontrol temperatur agar kestabilan suhu di dalam ruangan sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Untuk pengatur kelembapan pada tanaman, dipasang beberapa tabung-tabung perangkat pada akar tanaman yang akan menjaga kadar kelembapannya. Di samping itu, untuk meneliti kadar nutrisi pada tanaman, perangkat-perangkat digital akan dipasang dalam sebuah pipa panjang yang akan menyemprotkan nutrisi tambahan bilamana hal tersebut diperlukan.

Semua perangkat ini akan tersambung pada sebuah aplikasi yang dapat diunduh pada telepon genggam, dimana data-data tersebut akan disalurkan melalui komponen robotik CCTV yang dipasang di setiap sudut ruangan. Hal ini akan memudahkan sang pengguna atau petani untuk memonitorisasi pertumbuhan dan kesehatan seluruh tanaman setiap harinya tanpa harus mengamati secara langsung pada setiap ruangan yang ada.

Inilah ide sebagai bentuk regenerasi pada sistem pertanian yang dapat diterapkan oleh masyarakat di Indonesia. Sebuah regenerasi sistem menuju pertanian 4.0 dengan pemahaman konsep pertanian presisi yang menerapkan input dan teknik yang tepat agar hasil yang diterima pun dapat memenuhi komoditas dan pemasukan dana. Dengan adanya sistem aerofarm indoor ini, para petani dapat menanam berbagai macam sayur dan buah di dalam satu tempat secara aeroponik dengan bantuan teknologi multifungsi. Melalui sistem inilah, diharapkan agar roda sektor tani di negeri ini tetap berputar dan tak hilang kendali.

Daftar Pustaka

Gir. (2015, Februari 26). 5 Tahun Lagi, Indonesia Bisa Krisis Pangan dan Petani. Dikutip dari  Jpnn.com: https://www.jpnn.com/news/5-tahun-lagi-indonesia-bisa-krisis-pangan-dan-petani

Lestari, S. (2017, Agustus 29). Sawah beralih jadi perumahan atau industri mengancam ketahanan pangan. Dikutip dari  BBC News: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41078646

Pitoko, R. A. (2018, Agustus 2). 5 Persoalan Ini Masih Dihadapi Petani Indonesia. Dikutip dari Kompas.com: https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/02/154900926/5-persoalan-ini-masih-dihadapi-petani-indonesia

Prayitno, E. (2013, September 28). Indonesia kekurangan lahan pertanian. Dikutip dari  Sindonews.com: https://ekbis.sindonews.com/read/788450/34/indonesia-kekurangan-lahan-pertanian-1380354427

Seftiawan, D. (2019, Maret 19). Indonesia Kekurangan Doktor di Bidang Pertanian. Dikutip dari PikiranRakyat: https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2019/03/19/indonesia-kekurangan-doktor-di-bidang-pertanian

Tohir, I. W. (2018, September 7). Pertanian Presisi, Menuju Pertanian 4.0 Berkesejahteraan. Dikutip dari  JituNews.com: https://www.jitunews.com/read/86136/pertanian-presisi-menuju-pertanian-4-0-berkesejahteraan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun