Mohon tunggu...
Aishah Wulandari
Aishah Wulandari Mohon Tunggu... Freelancer - Writing for legacy

Belajar Belajar Belajar Instagram @aishahwulandari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setetes Peluh di Antara Setangkup Cinta

4 Januari 2023   17:40 Diperbarui: 4 Januari 2023   17:44 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mbok Ni melangkahkan kaki pelan-pelan, bahunya memanggul tongkat kayu yang menggantungkan dua buah timba berisi air. Menapaki jalan berkerikil, di kanan kirinya pohon telah meranggas. 

Musim kemarau selalu seperti ini, memaksa warga Desa Ujung untuk mengambil air di sumur yang letaknya di tengah hutan jati. Berpuluh tahun dia menghabiskan hidup di desa kelahirannya, tetapi saat kemarau tiba bahu ringkihnya akan dibebani beratnya pikulan dan sepasang timba. 

Tuhan, sampai kapan bahuku mampu menahan beban seperti ini. Padahal hidupku sudah berat. Mbok Ni tersenyum, menertawai dirinya sendiri.

Baca juga: Derai Pilu Erli

"Ni, mengapa kamu tersenyum sendiri? Hati-hati kalau ada makhluk halus lewat ... hiiiii!" 

Tiba-tiba terdengar suara berat seorang lelaki muncul di samping Mbok Ni yang tengah menertawai hidupnya. Wajah lelaki itu terlihat cengengesan. Menyebalkan sekali, batin Mbok Ni menatapnya dengan mengerutkan kening.

"Opo, Man? Lebih bagus 'kan bisa menertawai diri sendiri daripada ditertawakan orang lain. Kamu itu sukanya mengagetkan. Mana makhluk halus? Paling juga kamu," tukas Mbok Ni melotot pada Paiman yang cengar cengir.

Baca juga: Senja Tak Lagi Lara

"Ni, sampean dapat undangan rapat dari Pak RW nggak? Nanti sore ada meeting di balai RW."

 "Hahahaha ... Man, Man. Bahasamu itu lho gaya sekali. Mee-ting. Memang kamu tahu artine meeting itu apa?" olok Mbok Ni. Paiman celingukan mendapat serangan balik dari Mbok Ni.

"Ya tahulah Ni ... Ni! Aku ngomong berarti tahu artinya. Meeting itu rapat. Paham kamu?" balas Paiman sinis.

Mbok Ni mengulum senyum, menertawakan Paiman yang tidak pernah mau dianggap tidak mengerti. 

"Meeting habis magrib 'kan? Memangnya mau bahas hal penting apa, Man?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun