Membatasi Sharenting Demi Keamanan Anak
Apakah perlu membatasi sharenting? Tentu sangat perlu. Demi keamanan dan keselamatan anak kita. Sudah dapat disimpulkan dari pendapat yang disampaikan sebelumnya, bahwa sharenting tidak sepenuhnya aman. Walau pun ada beberapa hal positif yang bisa dibagikan di media sosial sebagai bahan berbagi edukasi dengan sesama orangtua. Risiko buruk tentang keselamatan anak perlu dipikirkan oleh orangtua.
Saya sangat senang membagikan momen bersama anak dengan cerita yang ditulis pada blog. Saya juga pernah membuat video atau konten bersama anak di media sosial. Namun, jujur saja, saya berusaha tidak menampilkan wajah anak dalam video atau foto. Saya berusaha tidak menunjukkan lokasi titik tepat tempat tinggal atau lokasi yang sering dikunjungi anak. Demi apalagi? Kalau bukan demi keamanan anak saya.
Membatasi sharenting sangat perlu dilakukan. Kamu dapat memulainya dengan hal sederhana seperti:
- Tidak terlalu menunjukkan wajah anak di media sosial. Jika perlu, kurangi mengupload momen bersama anak di media sosial yang fokus pada wajahnya. Sembunyikan atau jangan menunjukkan terlalu sering wajah anak.
- Paling baik, simpan kenangan bersama anak hanya untukmu dan keluarga. Batasi membagikan foto dan video anak di media sosial. Kurangi frekuensinya, lebih jarang, lebih baik.
- Jangan membagikan titik lokasi tinggal atau tempat yang sering dikunjungi anak sekiranya terlalu mudah diakses oleh masyarakat umum pada media sosial.
- Jangan pernah membagikan detail pribadi anak, seperti tanggal lahir, nama lengkap, alamat lengkap sekolah dan rumah di media sosial.
Pernahkah kamu menyangka? Dengan membiarkan anak sering masuk media sosial bersamamu, maka anak lebih dini mengenal media sosial. Yang seharusnya anak bermain bersama teman, ternyata anak sudah mengenal, dan mahir bermain media sosial.
Pada satu momen, saya pernah bermain smartphone, saat itu saya sedang scroll media sosial. Anak saya yang melihat, langsung bertanya tanpa henti. “Apa itu, Bu? Gambar siapa itu? Mana lihat?”. Yang saya lakukan, langsung mengalihkan pembicaraan. Berhenti main smartphone sejenak atau memberikan anak tontonan YouTube Kids.
Ada pula momen, ketika saya ingin membuat video atau memfoto anak saya. Belum selesai saya melakukannya, anak saya sudah berlari ke arah saya untuk melihat hasil video atau foto itu. Ini karena rasa penasaran anak yang sangat besar. Oleh karena itu, kamu perlu sangat bijak dalam sharenting.
Bijak sharenting, dan lindungi privasi anakmu. Tak butuh waktu lama untuk seorang anak mulai mengenal media sosial. Jika orang lain saja untuk membuat video atau foto yang ada kamu di dalamnya harus meminta izin kepadamu, mengapa kamu justru sering membagikan video dan foto anak di media sosial?
Mungkin sekarang anakmu masih belum mengerti. Bagaimana setelah anak dewasa, melihat foto dan videonya dibagikan tanpa izin di media sosial? Bukankah akan sangat nikmat apabila kebersamaan itu dirasakan spesial hanya untukmu, anakmu, dan keluarga saja? Yuk, batasi sharenting dan nikmati waktu bersama keluarga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI