"Dampaknya malpraktik juga dapat membuat siswa tidak mempunyai minat dan termotivasi akan materi itu, yang seharusnya nilainya bagus tetapi dia melihat nilainya tidak memuaskan". Tambah Agustantini,
Miskonsepsi dan malpraktik dalam penilaian pembelajaran adalah masalah serius yang dapat merugikan siswa dan menghambat kemajuan pendidikan. Miskonsepsi adalah pemahaman yang salah tentang konsep penilaian, sementara malpraktik adalah tindakan yang tidak sesuai dengan standar atau etika dalam penilaian.
Beberapa contoh miskonsepsi yang umum terjadi antara lain: penilaian hanya untuk mengukur hasil akhir, penilaian harus selalu berupa angka, semua siswa harus dinilai dengan cara yang sama, dan penilaian hanya tanggung jawab guru. Sedangkan contoh malpraktik antara lain: memberikan nilai yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa, menggunakan penilaian yang tidak valid atau reliabel, tidak memberikan umpan balik yang konstruktif, dan melakukan kecurangan dalam penilaian.
Dampak dari miskonsepsi dan malpraktik ini sangat merugikan, seperti menurunkan motivasi belajar siswa, menghambat perkembangan belajar siswa, dan menciptakan ketidakadilan dalam pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan upaya dari semua pihak terkait untuk mengatasi masalah ini.
Beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain: meningkatkan pemahaman tentang penilaian pembelajaran, mengembangkan instrumen penilaian yang valid dan reliabel, memberikan umpan balik yang konstruktif, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penilaian.
Dengan pemahaman yang baik tentang konsep dan prinsip penilaian, serta komitmen untuk melaksanakan penilaian yang adil dan akurat, kita dapat menciptakan sistem penilaian pembelajaran yang bermanfaat bagi semua siswa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI