Di tengah maraknya aksi demonstrasi yang ditujukan kepada DPR di berbagai daerah, muncul dugaan adanya provokator yang menyusup untuk menggiring aksi damai menjadi anarkis. Tindakan ini kerap dimanfaatkan guna menggeser makna perjuangan rakyat agar terlihat negatif di mata dunia. Akibatnya, fokus tuntutan yang seharusnya damai teralihkan oleh kericuhan, bahkan berujung pada perusakan fasilitas umum, seperti di area DPR RI Jakarta serta gedung DPRD di Makassar, Bandung, Surakarta yang dilahap si jago merah.Â
Kehadiran mereka tidak selalu mudah dikenali, namun dampaknya bisa besar: merusak tujuan utama demo, merugikan peserta, bahkan menimbulkan konflik dengan aparat. Karena itu, penting bagi setiap orang yang terlibat dalam aksi untuk tahu tanda-tanda provokator agar tidak mudah terjebak.
Provokator bisa dikenali dari cara mereka bertindak. Mereka sering muncul tiba-tiba, tanpa jelas berasal dari kelompok mana, lalu berusaha mengajak massa keluar dari jalur tuntutan utama. Ciri lainnya adalah mendorong tindakan agresif seperti melempar benda, merusak fasilitas, atau melawan aparat. Tak jarang, mereka juga menyebarkan isu panas yang belum tentu benar untuk memancing emosi. Jika suasana mulai tidak terkendali, justru mereka yang lebih dulu menghilang, meninggalkan peserta aksi lain menghadapi risiko. Mudahnya, kenali mereka dengan kostum yang mereka kenakan. Provokator terlihat lebih 'niat' biasanya malah memakai penutup wajah.
Agar tidak terjebak, peserta aksi perlu tetap waspada dan menjaga kendali diri. Cara paling sederhana adalah dengan selalu fokus pada tuntutan utama dan mengikuti arahan koordinator resmi. Jangan mudah terpancing oleh ajakan yang menyimpang, apalagi jika mengarah ke tindakan anarkis. Biasakan memverifikasi informasi yang beredar sebelum mempercayainya, karena provokator sering menyebarkan isu untuk mengadu domba. Jika menemukan orang dengan gerak-gerik mencurigakan, sebaiknya saling mengingatkan, mendokumentasikan secara aman, atau melapor pada pihak yang berwenang. Dengan begitu, aspirasi tetap tersampaikan tanpa ternodai provokasi.
Demonstrasi oleh rakyat terhadap yang katanya 'Dewan Perwakilan Rakyat'ini diharapkan berjalan dengan damai dan tuntas. Pemerintah dituntut untuk segera menindaklanjuti serta merealisasikan aspirasi rakyat yang terangkum dalam gerakan "17+8 Transparansi, Reformasi, dan Empati," yang kini telah banyak disuarakan serta mendapat perhatian luas di berbagai media.Rakyat yang tidak ikut berpartisipasi di lapangan diharapkan tidak 'tone deaf' atas penindasan dan musibah yang menimpa warga Indonesia.
Serukan terus tuntutan rakyat dimanapun kalian berada. Kawal tuntutan rakyat terhadap pemerintah sampai semuanya terusut tuntas. Hindari dan kenali provokator yang berusaha mengotori jalan demonstrasi. Mereka tidak hanya hadir di lapangan, mereka juga hadir secara digital dan menggiring opini yang merusak. Tetap waspada! Berusahalah warga Indonesia agar kita tidak rusuh. Jangan sampai ada korban seperti mendiang korban akibat kericuhan massa serta ketidakbijaksanaan dan ketidaktanggungjawaban aparat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI