Mohon tunggu...
Faridilla Ainun
Faridilla Ainun Mohon Tunggu... Human Resources - Ibu-ibu kerja

Ibu yang suka ngaku Human Resources Generalist dan masih belajar menulis. https://fainun.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Eksotiswe Wisata Alam Garut: Gunung Papandayan

23 Mei 2010   14:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:01 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mendaki gunung bukanlah salah satu wisata alam yang sering saya pilih untuk melepas kepenatan. Akhir minggu ini, saya berkesempatan ikut sebuah event hunting dari komunitas pecinta fotografi dari almuni SMA dengan tujuan hunting di Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat. Bertolak dari Bandung pukul 1 pagi dan sampai di pusat awal pendakian tepat ketika adzan shubuh berkumandang. Saya melepas penat dan beribadah sejenak sembari mengumpulkan tenaga untuk pendakian hunting sunrise. Waw, pagi yang indah menikmati kehangatan sinar mentari di kaki gunung yang masih aktif mengeluarkan asap belerang ini. Gunung Papandayan merupakan gunung yang terkenal di kalangan pendaki pemula karena kemudahan aksesnya. Papandayan dapat diakses dari Pengalengan atau Cisurupan, Garut. Para penikmat wisata alam dapat bertolak dari Bandung pagi-pagi sekali, tiba shubuh di alun-alun Cisurupan atau kaki gunung Papandayan, lalu beristirahat sambil sarapan sejenak dengan pilihan menu mie rebus, mie goreng, atau nasi goreng di warung dengan kenikmatan bandrek atau bajigur namun membawa bekal dari rumah lebih disarankan jika memang merasa lebih sehat menu yang akan dibawa dan akhirnya memulai pendakian menikmati hangatnya sinar mentari yang mulai menyinari bumi. Selama pendakian, akan banyak keindahan yang dapat dinikmati, paparan hijaunya pegunungan yang luas terhampar serta adanya asap-asap belerang yang mengepul keluar, tentu saja sangat disarankan untuk memakai masker jika tidak kuat dengan bau asap belerang yang menyengat. Terdapat beberapa lubang yang menyemburkan asap dan ada danau kecil dimana air-air belerang mendidih menyemburkan asap. Konon, terdapat pula danau besar yang memiliki keindahan warna layaknya Danau Kelimutu, namun sayang karena keterbatasan saya tidak mampu mencapai tempat tersebut. Menyusuri perjalanan setelah dari kawasan berbelerang menemukan lintasan-lintasan terjal menuju pendakian puncak. Di kiri tebing di kanan jurang, itu bayangan saya sebagai pendaki pemula saat menikmati eksotisme gunung ini. Kita akan menemukan daerah luas penuh batu di bawah dari jalan pendakian dimana kita dapat menyusun rangkaian kata sebagai jejak tertinggal kita di gunung ini. Tak lama mendaki nantinya kita akan menemukan sungai kecil dan terdapat air terjun di dekatnya jika kita ingin menyusurinya. Segarnya air pegunungan dapat membuat badan fresh kembali walau hanya sekedar cuci muka cuci tangan sebelum pendakian berikutnya. Pendakian berikutnya menuju bumi perkemahan dan ladang edelweis dapat ditempuh melalui 2 cara, jalan ojek yang landai namun berputar atau jalan biasa yang sedikit terjal namun dapat lebih cepat. Setelah melewati jalan ini, kita dapat beristirahat dulu di sebuah hamparan tanah kosong sebelum kembali menuju bumi perkemahan. Pendakian menuju bumi perkemahan dapat dikatakan lebih sulit lagi, perlu membuka jalur karena jalan cukup sempit dan licin disertai adanya rumah laba-laba yang sedikit menghambat. Sembari berjalan menuju ketinggian 2600 dpl dapat kita lihat pemangan dibawah seperti air terjun yang seras mengalir dan adanya langit biru yang menaungi serta awan putih yang seperti mengikuti perjalanan kita. Sampai di bumi perkemahan Camp Davies berarti hampir sampai juga di puncak Papandayan yang terkenal dengan sebutan Pondok Saladah. Disini tumbuh rangkaian pohon-pohon edelweis yang menggoda untuk difoto. Bertapa senang rasanya sampai di puncak dan merasakan kenikmatan surgawi dekat dengan alam sekitar setelah menyusuri perjalanan yang cukup sulit namun sejuk karna rimbunnya pohon yang menjulang tinggi menahan terik matahari.  Senang rasanya sampai di puncak merasakan keindahan alam dari dekat layaknya naik permadani raksasa dan dekat dengan awan putih serta langit biru. Ternyata waktu yang dibutuhkan menuju puncak tidak terlalu lama, cukup 3-4 jam saja kita sudah dapat menuju puncak dengan banyak istirahat alias berhenti-berhenti. Mengumpulkan tenaga di puncak cukup 30-45 menit rasanya cukup untuk kembali ke kaki gunung. Kembali ke kaki gunung, bukan perkara yang mudah ternyata, turunnya kabut tebal sedikit mengganggu perjalanan. Memang terlalu riskan untuk naik gunung dengan kondisi cuaca tak menentu seperti belakangan ini. Tentu saja diperlukan kehati-hatian karna umumnya tragedi di gunung terjadi pada saat turun gunung. Sampai di daerah asap belerang, diperlukan kehati-hatian extra karena asap belerang semakin banyak disertai angin yang mempercepat penyebaran asap. Namun, sesuai asas jalan pulang selalu lebih cepat memang terbukti, cukup 1,5-2 jam kita sudah dapat menyentuh kaki gunung kembali. Selamat menikmati wisata alam di Papandayan. :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun