Mohon tunggu...
Aini Farida
Aini Farida Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Hidup adalah pengabdian. Berusaha ikhlas untuk mendapat ridho Ilahi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Lagu Religi "Kembalilah" Mengingatkan Pemulangan Santri Saat Pandemi Covid 19

26 Maret 2024   23:18 Diperbarui: 26 Maret 2024   23:54 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Lirik lagu menghipnotis batin, membawa perasaan menjadi sedih, riang atau ketenangan. Luapan emosi muncul seketika alunan lagu  diperdengarkan. 

Lagu telah membawa alam pikir kita melalang buana dan larut dalam khayalan. Kita membayangkan menjadi sosok istimewa, mengingatkan masa lalu, orang-orang yang tercinta. Lagu juga merupakan penyemangat dalam melakukan perjuangan dan sebagai alat kritik sosial.

Lagu sebagai wahana intropeksi diri untuk berbuat lebih baik mengingat kebesaran Ilahi. Lagu tersebut adalah lagu-lagu religi. Para nasyid menyanyikan senandung Lagu yang bercorak Islam penyejuk hati.

Sebagai pengingat masa lalu, saya ceritakan bagaimana kondisi pemulangan santri di masa pandemi Covid 19.

Ingatan itu muncul saat saya dalam keadaan santai sepulang kerja. Untuk menghilangkan penat handphone menjadi teman setia. Tangan ini terus tergelitik untuk memainkan scroll ke atas dan ke bawah. Aku buka channel YouTube Gontor TV, lagu Kembalilah ciptaan K.H Hasan Abdullah Sahal pimpinan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor  yang dibawakan oleh santri-santri Gontor.



Lirik lagu Kembalilah:

Berlimpah sungguh nikmat yang kita terima
Semua terhampar indah Tak satupun celah
Langit curahkan rahmatnya lautpun mutiara
Dunia teramat lezat seakan di surga...

Kembalilah wahai manusia... 

Tundukkan wajahmu pada yang Maha Kuasa

Namun sungguh malang, manusia merasa menang
Lupa akan kuasa Allah, kufuri nikmat-Nya
Semua kini penuh duri, terpasung nan perih
Itulah murkanya Allah, Sungguh keras azab-Nya...

 Kembalilah wahai manusia...
Tundukkan wajahmu pada yang Maha Kuasa
Tengadahkan tanganmu dan mulailah berdoa
Niscaya nikmat-Nya selalu kan turun selamanya

Malulah insan dengan dosa-dosa
Semua larangan yang tlah kau perbuat
Bila kita tak jua segera insaf
Bencana terbesar tiba....

Lagu ini mengingatkan ku pada saat virus Covid 19 melanda. Berulang-ulang aku putar, tidak ada bosanya. Walaupun kondisi batin terasa perih, namun dengan menengadah akan Keagungan Ilahi bagaikan air menyiram bara api.

Saat itu kondisi sangat genting, setiap hari ada pengumuman orang meninggal. Kekhawatiran ku membuncah, saat pemulangan santri Gontor tiba, yakni pada bulan Syawal 1441 /2020. Proses pemulangan yang rumit, handphone selalu standby ditangan, menunggu informasi dari anakku. Namun apa yang kurasakan, dirasakan oleh wali santri lainnya.

Di grup Wali santri kami saling menguatkan,agar tetap tegar dan berkeyakinan ada jalan. Berbagai proses dilalui yakni uji tes PCR yang hasil tes negatif berlaku selama 7 hari. Alhamdulillah saat itu santri Gontor tidak ada terindikasi terinfeksi virus covid 19 karena sejak awal covid 19 tahun 2019 sudah di karantina dan wali santri tidak diperbolehkan menjenguk.

Tiket pesawat tujuan Sampit sudah di booking, namun ada pembatalan karena ada peraturan baru bahwa pelarangan penerbangan tujuan sampit. Booking ulang tiket pun dilakukan  dengan tujuan Banjarmasin. Anak saya berangkat dari pondok berombongan bersama konsul  Kalimantan yang mana tujuan Banjarmasin harus menunggu esok hari. 

Walaupun santri Gontor  tidak diperbolehkan membawa handphone namun para ustad pendamping selalu siap sedia jika santri ingin menghubungi orang tua.  Pemberangkatan pun tiba, namun saya harus menunggu esok harinya lagi, karena jarak Banjarmasin - Sampit memakan waktu 10 jam. 

Saya terharu atas Kekompakan IKPM (Ikatan  Keluarga Pondok Modern Gontor)  dalam membantu pemulangan para santri. Mulai dari pemberangkatan hingga naik pesawat, kemudian tiba di bandara disambut IKPM Banjarmasin, IKPM Palangkaraya hingga tiba di Sampit.

Selama dalam perjalanan selalu ada tempat penampungan  santri yakni di rumah-rumah anggota IKPM, karena tidak berani berbuka puasa atau makan sahur ditempat umum. Hal tersebut  untuk menjaga sterilisasi penularan virus Covid 19  sehingga waktu perjalanan pun  menjadi 2  hari. 

Saya tidak bisa membayangkan santri dari Batam dan Kepri karena tidak ada penerbangan harus memutar melintasi Pulau Sumatera memakan waktu berhari-hari. Namun dalan grup whatshap kami saling memberi informasi bahwa anak-anak kami datang dalam keadaan sehat. Foto-foto kedatang rombongan dari satu tempat ketempat lain pun selalu Update. 

 Karena sebuah lagu menjadi inspirasi untuk bercerta masa  lalu. Genap empat tahun yang lalu bertepatan dengan Bulan Ramadhan. Semoga  momok Covid 19 tidak terulang lagi dan tidak seganas  saat itu, yakni tahun 2019 hingga tahun 2021 dimana sekolah-sekolah sudah mulai PTM walau masih terbatas.  Lagu religi mengingatkan kita akan kebesaran Ilahi, sebagai jembatan untuk mendekatkan diri kepadaNya. Kita sudah melalui cobaan berat bencana penularan Covid  19. Semua kejadian kita  jadikan Hikmah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun