Mohon tunggu...
Lukas Benevides
Lukas Benevides Mohon Tunggu... Dosen - Pengiat Filsafat

Saya, Lukas Benevides, lahir di Mantane pada 1990. Saya menamatkan Sarjana Filsafat dan Teologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Juni 2016. Pada Agustus 2017-Juni 2018 saya kembali mengambil Program Bakaloreat Teologi di Kampus yang sama. Sejak Januari 2019 saya mengajar di Pra-Novisiat Claret Kupang, NTT. Selain itu, saya aktif menulis di harian lokal seperti Pos Kupang, Victory News, dan Flores Pos

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Paslon Pebisnis

25 September 2020   05:59 Diperbarui: 25 September 2020   06:05 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Fallacio berpikir

Konsekuensi lanjutan dari kemiskinan kompetensi Paslon adalah menjual program sesuai keterampilan personalnya, tanpa peduli kebutuhan kontekstual warga, dan menghipnotis warga untuk mengiyakan dagangan busuknya. Strategi seperti ini adalah pembohongan dan pembodohan publik.

Fallacio berpikirnya kelihatan. Menjadi pejabat publik berarti Anda mengurusi res publica, bukan panggung pelampiasan inklinasi personal atau pengembangan bisnis keluarga. Mengurus kemaslahatan sosial mengharuskan pejabat publik membangun sistem, bukan mengerjakan urusan medioker menurut preferensi pribadi.

Kalau kita membongkar daftar program andalan para Paslon kelihatan sekali kekeliruan logikanya, ketiadaan urgensitas, dan manipulasi publik. Ada Paslon yang sibuk membangun taman kota dengan aneka tanaman rias, tetapi warganya sehari-hari berdoa untuk bisa membeli air setengki untuk kebutuhan seminggu. Ada Paslon yang berbusa-busa soal infrastrukutr jalan raya beraspal, tetapi warganya hanya mampu berjalan kaki.

Ada Paslon yang menjadikan pengobatan gratis sebagai program andalan. Logika 'common sense' tidak bisa menerima jualan ini sebagai kebutuhan paling mendesak warga. Pengobatan gratis meniscayakan orang sakit. Kalau orang tidak sakit, program ini mubasir.

Pengobatan gratis jelas sekali menyasar akibat, bukan akar masalah. Lebih baik mencegah orang jatuh sakit daripada membiarkan orang sakit baru diobati gratis.

Meskipun labelnya gratis, Pemerintah tentu saja menggelontorkan dana tidak sedikit untuk menyediakan infrastruktur medis. Artinya, tetap terjadi tumbal anggaran.

Padahal, anggaran untuk pengobatan gratis dapat dialihkan untuk penyediaan air bersih untuk warga, irigasi pertanian, renovasi rumah warga-warga yang tidak layak huni, penyediaan sembako murah dan sehat untuk warga miskin di fase pandemi sekarang.

Pengalokasian dana seperti ini meminimalisir kemungkinan warga menjadi sakit. Dengan demikian, akar masalah kita atasi sebelum menimbulkan beragam akibat.

"Post-truth-ers"

Jabatan publik dimaksudkan untuk melayani kepentingan publik. Kesejahteraan umum masyarakat adalah kitab suci seorang pejabat publik. Tidak mudah untuk membidik pos-pos kebutuhan krusial-kritis. Karena itu, pejabat publik harus melibatkan penelitian ilmiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun