Lantas, apakah semua ini bukti kelemahan? Tidak selalu. Ada sudut pandang lain yang patut dipikirkan.
Keputusan yang cepat bisa juga mencerminkan ketegasan. Dinamika politik dan pemerintahan sering bergerak cepat.
Bisa jadi Presiden melihat situasi yang menuntut tindakan segera, sehingga prosedur panjang ditaruh di urutan belakang demi efektivitas.
Yang tampak seperti kekacauan di mata publik mungkin saja bagian dari langkah taktis di lingkaran Istana.
Di saat bersamaan, ada beberapa penunjukan figur yang memancing tafsir politik. Ambil contoh Djamari Chaniago.
Ia purnawirawan jenderal senior, juga kader Partai Gerindra, dan kini menjabat Menko Polkam yang baru. Mudah untuk membaca ini sebagai upaya Presiden menempatkan orang tepercaya di posisi strategis.
Di sisi lain, menjalankan pemerintahan memang butuh tim yang bisa diandalkan. Loyalitas dan kesamaan visi menjadi fondasi eksekusi program. Maka perdebatan pun bergeser: ini semata politik akomodasi, atau strategi untuk membangun tim kerja yang solid?
Kinerja adalah tolok ukur yang paling adil. Publik cepat lupa pada proses pelantikan yang terburu-buru. Drama kekosongan jabatan biasanya tinggal catatan kaki.
Fokus akan kembali ke kebijakan dan terobosan yang dihasilkan para pejabat baru. Mampukah mereka menjawab tantangan dan menghadirkan perubahan positif?
Beberapa bulan ke depan akan memberi jawaban lebih jernih. Hasil kerja akan berbicara lebih lantang daripada hiruk pikuk proses penunjukan.
***