Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Monopoli atau Stabilitas? Mengurai Polemik Impor BBM Satu Pintu

13 Oktober 2025   05:00 Diperbarui: 9 Oktober 2025   18:40 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SPBU Shell di Jalan Raya Parung, Kota Depok sepi lantaran tidak tersedianya BBM jenis Super dan V-Power.(KOMPAS.com/PUTRA RAMADHANI ASTYAWAN)

Tetap saja, kritik berdatangan. Sejumlah ekonom menilai langkah ini sebagai kemunduran dari upaya liberalisasi penuh.

Undang-Undang Migas 2001 membuka ruang impor mandiri bagi perusahaan swasta.

Banyak investor asing masuk karena ada kepastian bisa impor sendiri. Skema satu pintu kini menghapus jaminan itu.

Dari kacamata banyak pakar, kebijakan ini merugikan. Margin SPBU swasta makin tipis, membuat mereka sulit bersaing soal harga.

Keberlangsungan bisnis terancam. Bukan tak mungkin beberapa SPBU tutup.

Sinyal yang muncul ke investor global pun buruk. Iklim investasi bisa terganggu serius, dan ini berisiko menghambat target pertumbuhan ekonomi nasional (Tirto.id, 2025).

Fabby Tumiwa dari IESR bersuara keras. Menurutnya, pemerintah tidak seharusnya menghalangi impor mandiri.

Izin impor adalah konsekuensi logis dari izin penjualan BBM untuk swasta. Pelaku swasta akan selalu mencari pasokan termurah agar harga jual tetap kompetitif.

Impor mandiri juga menjaga standar mutu sesuai selera pasar.

Perluasan pangsa pasar swasta memang harus dipantau. Saat ini SPBU swasta menguasai sekitar 11 persen.

Pemerintah tidak boleh kehilangan kendali. Jika impor dibiarkan tanpa kontrol, porsi pasar swasta bisa melebar dan kontrol atas cadangan strategis melemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun