Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Alasan Gen Z Jadikan Mal Tempat Kumpul dan Belanja

30 September 2025   15:00 Diperbarui: 26 September 2025   20:47 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak muda di mal. (Intiland Development via Kompas.com)

Perilaku belanja orang selalu menarik dibahas. Banyak yang yakin diskon itu magnet utama. Nyatanya, itu cuma satu bagian kecil.

Ada faktor lain yang sama kuat, apalagi di kalangan anak muda. Gen Z, yang lahir antara 1997 sampai 2012, punya selera sendiri. Mereka mencari sesuatu yang lebih dari sekadar harga murah.

Data dan survei menunjukkan polanya jauh lebih rumit. Laporan riset menekankan pentingnya pengalaman di toko. International Council of Shopping Centres (ICSC) juga merilis temuan soal ini.

Belanja online memang makin besar, tetapi banyak konsumen tetap menikmati pergi ke mal. Mereka ingin melihat barang langsung, memegang, lalu mencoba. Alasan-alasan ini mendorong belanja fisik.

Di tengah serbadigital, interaksi nyata memberi rasa berbeda. Survei ICSC menyebut, hampir 97% Gen Z masih berbelanja di toko.

Ada pula dorongan sosial yang kuat. Bagi Gen Z, mal bukan cuma tempat belanja. Ini bagian dari gaya hidup.

Mereka ketemuan dengan teman, makan bareng, menikmati suasana yang ramai. Konser musik ikut memikat. Dekorasi menarik juga. Agenda musiman pun bikin penasaran. Unsur hiburan menjadikan kunjungan terasa kaya pengalaman.

Hasilnya, mereka merasa lebih terhubung. Persepsi tentang mal ikut bergeser, dari pusat belanja menjadi ruang sosial. Daya tariknya pun makin besar.

Angka kunjungan mendukung tren ini. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mencatat lonjakan signifikan, bahkan melampaui masa pra-pandemi.

Kenaikan ini tidak semata karena diskon. Ragam aktivitas dan acara ikut mengangkat kunjungan. Kondisi keuangan konsumen yang membaik di akhir tahun juga memberi ruang belanja lebih besar.

Terlihat dari porsi pendapatan yang bisa dibelanjakan. Kadin Indonesia memproyeksikan perputaran uang Nataru mencapai Rp23,85 triliun, naik dari tahun sebelumnya. Artinya, minat masyarakat memang tinggi.

Ritel tidak bisa hanya bertumpu pada diskon. Perlu pendekatan yang lebih kreatif.

Kuncinya menggabungkan promosi dengan pengalaman yang interaktif. Ciptakan suasana meriah, adakan acara yang relevan, sediakan area nyaman untuk bersosialisasi.

Strategi seperti ini lebih efektif menarik orang datang dan kembali lagi. Loyalitas bukan lahir dari produk saja, tetapi dari pengalaman yang menyenangkan. Memahami Gen Z menjadi krusial, karena yang mereka cari bukan sekadar transaksi.

***

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun