Risikonya pun tidak kecil. Inilah bagian yang jarang dibahas di narasi populer.
Koi rentan terserang penyakit. Satu kolam yang sakit bisa menular ke kolam lain dan berujung kematian massal.
Pasar juga volatil. Harga sangat dipengaruhi tren, bisa naik lalu turun tajam. Persaingan makin padat.
Semakin banyak pemain, harga jual makin tertekan. Ada faktor teknis yang krusial juga.
Memelihara koi bukan hanya soal menyiapkan modal. Pengetahuan tentang sistem filter dan kualitas air sering kali jauh lebih menentukan.
Soal hitung-hitungan laba, banyak yang perlu ditinjau ulang. Ambil contoh narasi omzet Rp800 juta.
Angka itu biasanya datang dari asumsi yang terlalu sederhana, misalnya setiap ikan laku Rp1 juta.
Kenyataannya, hanya ikan kualitas super yang bisa dihargai setinggi itu. Selebihnya terjual dengan harga jauh lebih rendah.
Perhitungan seperti itu juga sering menihilkan biaya operasional. Ada listrik, pakan, perawatan, dan biaya lain yang tidak sedikit.
Angka ratusan juta itu kotor, bukan bersih. Wajar kalau akhirnya hanya pemain yang benar-benar profesional yang bisa memetik laba stabil, bukan pemula yang baru mencoba.
Intinya, budidaya koi adalah investasi jangka panjang. Bisnis ini butuh modal besar. Bukan hanya uang, tetapi juga waktu dan pengetahuan.