Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Kolektif di Balik Nama Besar Emma Poeradiredja

28 September 2025   11:00 Diperbarui: 25 September 2025   13:14 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Emma Peradiredja, pejuang di balik Sumpah Pemuda. Foto: Museum Sumpah Pemuda. (via Detik.com)

Emma Poeradiredja bukan nama sembarang. Ia salah satu tokoh penting dalam sejarah pergerakan Indonesia, dikenal sebagai penggerak perempuan Sunda (Kompas.id, 2021).

Perannya tidak kecil. Ia mendirikan Pasundan Istri, sebuah organisasi yang membawa perubahan besar di tengah masyarakat yang masih patriarkal (Historia.id, 2018).

Masalahnya, kisah pahlawan sering dibuat sederhana. Cerita yang rapi cenderung merapikan hal yang sebenarnya rumit.

Bisa jadi narasi tentang Emma juga begitu. Karena itu, kita perlu melihat kiprahnya secara kritis. Bukan untuk mengecilkan jasanya, tentu. Justru agar kita menangkap perjuangannya secara utuh dan terasa lebih dekat.

Gerakan sosial sebesar itu jarang lahir dari satu orang saja. Jika fokus hanya pada Emma, risikonya jelas. Kita mudah lupa pada para tokoh lain yang bekerja bersama. Emma mendirikan Pasundan Istri bersama kawan seperjuangan yang sama tangguhnya (Poeradiredja, 1976).

Bagaimana mereka membagi peran. Apa sumbangan spesifik masing-masing. Pasundan Istri berdiri sebagai monumen kerja kolektif.

Kekuatan utamanya terletak pada kebersamaan, bukan semata pada figur tunggal. Mengingat hal ini penting dalam penulisan sejarah, supaya sejarah menjadi milik bersama, bukan milik pahlawan versi media saja (Suryochondro, 2010).

Kisah perjuangan biasanya menyorot keberhasilan. Kita tahu Emma mendirikan organisasi yang kemudian punya banyak cabang. Ia juga sukses duduk di dewan, terpilih di Bandung pada 1938. Prestasi yang luar biasa, ya (Historia.id, 2018).

Tetapi seperti apa medan nyata di lapangan. Apakah program selalu mulus. Benarkah tidak ada penolakan masyarakat.

Rintangan besar hampir pasti ada. Bisa dari pemerintah kolonial Belanda. Bisa juga dari komunitas Sunda sendiri yang masih berpegang pada nilai konservatif.

Kegagalan dan konflik itu wajar dalam organisasi. Menyimak sisi ini membuat cerita terasa lebih nyata. Perjuangan mereka hidup kembali, lengkap dengan jatuh bangunnya.

Ada satu bab yang krusial dan menarik untuk ditelaah. Pada 1925, aturan hak pilih sangat berat bagi perempuan.

Mereka harus punya penghasilan sendiri dan mampu baca tulis. Syarat yang bagi banyak orang nyaris mustahil dipenuhi saat itu (Historia.id, 2018).

Tiga belas tahun kemudian, Emma menembus benteng politik tersebut. Lompatan ini besar sekali. Lalu apa yang terjadi di rentang waktu itu. Sejarah mencatat perjuangan hak pilih berlangsung bertahap, prosesnya panjang dan tidak instan (Alinea.id, 2021).

Strategi apa yang ditempuh Pasundan Istri. Apakah mereka mengadakan program pemberantasan buta huruf. Atau mendorong kemandirian ekonomi perempuan.

Jawaban atas pertanyaan ini kunci untuk memahami mereka. Dari situ kita bisa menilai seberapa efektif gerakan tersebut.

Emma juga piawai bermain simbol. Ia memanfaatkan simbol budaya Sunda, termasuk mengangkat kembali konsep Sunan Ambu yang menempatkan perempuan pada posisi terhormat.

Ia pun memakai sebuah idiom yang dikenal luas, perempuan Sunda ada di samping laki-laki (Poeradiredja, 1976).

 Strategi ini tampak efektif. Bisa menarik simpati publik sekaligus meredam resistensi kalangan tradisionalis. Namun apakah semua setuju?
 
Kalangan yang lebih modern mungkin membaca berbeda. Mereka bisa menilai idiom itu justru melanggengkan peran sebagai pendamping, bukan individu yang setara.

Perdebatan ini penting. Ia menunjukkan bahwa jalan emansipasi tidak tunggal dan penuh diskusi di dalam tubuh gerakan sendiri.

***

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun