Banyak orang tua cemas. Dunia di luar rumah terasa penuh risiko. Wajar kalau mereka ingin melindungi anak sekuat mungkin.
Salah satu cara yang sering dipakai adalah kode keamanan keluarga, atau family safety code. Ide dasarnya sederhana dan terdengar pintar.
Orang tua dan anak sepakat pada satu kata rahasia. Kata itu jadi kunci keamanan pribadi.
Bayangkan situasi di gerbang sekolah. Ada orang datang mengaku disuruh orang tua untuk menjemput.
Anak cukup menanyakan kata rahasia. Kalau orang itu tidak bisa menjawab, berarti ada yang tidak beres.
Langkah berikutnya jelas. Anak harus lari, cari bantuan, dan mendekati orang dewasa yang bisa dipercaya, misalnya guru atau petugas satpam.
Di atas kertas, strategi ini rapi. Orang tua merasa lebih tenang. Anak pun punya alat praktis untuk berjaga.
Masalahnya, logika di balik kode ini bertumpu pada satu ketakutan besar: orang asing. Sosok penculik tak dikenal sering muncul di film dan berita, jadi fokus ke ancaman itu terasa masuk akal.
Kode rahasia pun tampak seperti tameng yang ampuh untuk menghadapi orang yang tidak dikenal.
Tapi mari lihat datanya. Benarkah ancaman terbesar datang dari orang asing? Ternyata tidak.
Data SIMFONI PPA dari KemenPPPA pada 2023 menunjukkan hal yang konsisten: pelaku kekerasan justru orang terdekat. Orang yang dikenal anak, bahkan dipercaya, dan sering berinteraksi dengan keluarga.