Media memang punya pengaruh besar untuk membentuk cara pandang publik.
Waktu berjalan, citra ikut bergeser. Memasuki milenium baru, Land Cruiser berevolusi besar-besaran.
Toyota menghadirkan model yang makin canggih dan modern. Yang paling terasa, ia makin mewah.
Puncaknya tampak pada generasi terbaru. Interiornya berani menantang mobil premium Eropa. Harganya ikut meroket, tembus dua miliar rupiah (Toyota-Astra Motor).
Akibatnya, hanya sedikit orang yang mampu memboyongnya. Biasanya para pengusaha sukses dan pejabat tinggi.
Julukan barunya pun lahir: mobil sultan. Kesan seram memudar, berganti aura kemewahan.
Apakah berhenti sampai di situ? Tentu tidak. Wajah Land Cruiser lebih dari satu, dan semuanya bisa hidup berdampingan.
Di kota besar seperti Jakarta, ia sering tampil sebagai simbol status, parkir rapi di depan hotel mewah.
Tapi cobalah pergi ke Gunung Bromo. Di sana terlihat wujud yang lain: kuda pekerja yang tangguh, tulang punggung wisata jeep (Kompas Travel, 2023).
Di belahan dunia lain, citranya bahkan lebih heroik. Ia menjadi andalan PBB untuk misi kemanusiaan di wilayah konflik atau bencana (Toyota Gibraltar Stock).
Land Cruiser bukan mobil biasa. Ia semacam kanvas kosong. Masyarakat dan zaman melukiskan maknanya masing-masing.