Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Hikayat Kentang, Singkong, dan Ubi: Ketika Pendatang Jadi Tuan Rumah

23 September 2025   23:00 Diperbarui: 18 September 2025   22:16 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada anggapan lain yang sering muncul. Bahwa umbi pendatang "menggusur" umbi lokal seperti talas atau gadung.

Kata menggusur terdengar keras. Mungkin "tergantikan" lebih pas untuk menggambarkan posisi di panggung utama.

Kenyataannya, umbi lokal tidak hilang. Talas Bogor masih jadi komoditas dan ikon kuliner daerah (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor). Mereka hanya bergeser takhta.

Bukan lagi makanan pokok utama, tetapi tetap hadir di pasar yang lebih spesifik, dengan penggemar setia yang tidak sedikit.

Lihat juga perjalanan singkong. Dulu melekat dengan citra kemiskinan dan keterbatasan, jadi penyelamat ketika beras tak terbeli.

Sekarang, statusnya naik kelas. Muncul aneka produk turunan, seperti tepung mocaf yang sehat dan bebas gluten, alternatif terigu yang banyak dipilih (Indonesia Baik).

Produk ini masuk dalam ekonomi kreatif dan didorong ke pasar dunia (Kemenparekraf). Ada pula olahan modern lain, dari keripik singkong premium sampai singkong keju.

Semua ini menegaskan nasib baru singkong. Ia bukan lagi sekadar pangan murah.

Perdebatan umbi pendatang melawan umbi lokal sebaiknya dilihat dengan kepala dingin. Ini bukan cerita saling singkir, melainkan pengayaan budaya.

Kedatangan ubi jalar dan singkong memperluas pilihan pangan. Dampaknya besar untuk ketahanan pangan nasional.

Saat panen satu tanaman gagal, masih ada penyangga lain. Ladang yang beragam membuat sistem pangan lebih tangguh dan lebih siap menghadapi krisis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun