Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Sekedar Pahlawan, Mereka Juga Mahasiswa Biasa di Kramat 106

23 September 2025   09:00 Diperbarui: 18 September 2025   22:10 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).(KOMPAS.com/SUCI WULANDARI PUTRI)

Hal seperti itu biasa terjadi antar teman. Mereka manusia biasa.

Sisi ini jarang hadir di buku sejarah. Padahal kesulitan-kesulitan kecil itulah yang menguji ikatan. Interaksi harian justru menempa pertemanan sampai makin kuat.

Ada pula tokoh penting lain yang perannya seolah hanya catatan kaki. Salah satunya Sie Kong Lian, pemilik rumah tersebut. Ia pedagang keturunan Tionghoa yang sukses (Kompas.com, 2021).

Namanya kita ingat, isi benaknya tidak kita tahu. Ia mengizinkan rumahnya dipakai berkumpul.

Keputusan itu jelas berisiko. Aktivitas mereka adalah kegiatan politik, sementara pemerintah kolonial terus mengawasi.

Setiap gerak nasionalisme dicatat. Apakah bagi Sie Kong Lian ini murni perkara bisnis sewa? Atau ada simpati yang ia pendam pada perjuangan para pemuda?

Cerita dari sudut pandangnya bisa membuka wawasan baru tentang kemungkinan kerja sama dan dukungan antar etnis yang terjadi dalam diam.

Suasana saat itu pun penuh tekanan dan intimidasi. Polisi rahasia Belanda, PID atau Politieke Inlichtingen Dienst, ada di mana-mana. Konteks ini diceritakan oleh National Geographic Indonesia (2022).

Setiap pertemuan diawasi ketat. Menyelenggarakan kongres adalah keputusan berani. Menyuarakan persatuan juga tindakan berani.

Rasa takut pasti ada. Ancaman penangkapan dan penjara sangat nyata. Tekanan seperti inilah yang menjadi api pemurni semangat mereka.

Persatuan tidak lahir di ruang hampa, bukan di tempat yang nyaman. Ia lahir dan ditempa di tengah kepungan bahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun