Jalan keluarnya tetap kualitas. Tetapi harus ditemani efisiensi produksi. Tujuannya sederhana: teh bermutu bisa diakses pasar domestik yang luas.
Padahal potensi Indonesia besar. Perkebunan teh kita punya sejarah panjang dan posisi geografis yang menarik.
Ini aset nyata. Pemerintah memegang peran penting untuk mengangkat industri.
Ada lima prioritas yang perlu dikejar: ketersediaan SDM yang paham manajemen produksi, pemasaran yang berjiwa wirausaha, akses permodalan yang lebih mudah, penguatan struktur agrobisnis, serta kebijakan yang tepat.
Pemerintah perlu mendorong permintaan domestik dan mendukung pengembangan industrinya.
Dari sisi pasar, prospeknya menjanjikan. Nilai pasar global sekitar $220,7 miliar dan diproyeksikan terus bertambah.
Kita juga bisa belajar dari Vietnam. Luas lahannya tidak jauh berbeda. Namun produktivitas mereka jauh lebih tinggi, dengan produksi teh segar 1,1 juta ton. Artinya, perbaikan itu mungkin.
Jika Indonesia mampu membereskan persoalan di dalam negeri, bukan mustahil industri teh kembali bersinar.
***
Referensi:
- Indonesian Tea Development Outlook. (2022). Indonesian Tea Development Outlook: Challenges and Opportunities. Bogor: Center for Indonesian Policy Studies (CIPS).
- Nayantakaningtyas, J. S. (2017). Competitiveness of Indonesian Tea in International Market. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, 18(2), 1-15.
- Statista. (2023). Production of green and black tea in Vietnam from 2012 to 2022. Diperoleh dari https://www.statista.com/statistics/1089209/vietnam-tea-production/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI