Kementerian Kesehatan belum punya data resmi, jadi riset yang lebih dalam masih diperlukan.
Tembok terbesarnya sering kali stigma. Banyak orang menganggap depresi terjadi karena kurang iman atau kurang bersyukur.
Ucapan seperti "Kamu kurang bersyukur" justru memperparah keadaan. Para ibu tidak butuh dihakimi. Mereka butuh ditopang.
Menurut dr. Gina Anindyajati, depresi bisa dicegah. Kuncinya deteksi dini sejak kehamilan. Layanan kesehatan perlu proaktif, terutama saat antenatal care.
Dukungan suami dan keluarga sangat berarti. Masyarakat pun punya peran. Agus Sugianto menekankan pentingnya edukasi. Kita perlu paham bahwa bicara soal bunuh diri tidak memicunya. Justru membuka jalan untuk bantuan.
Melahirkan dan membesarkan anak mengubah hidup. Bantuan sekecil apa pun bisa terasa besar.
Mari kita kikis stigma dan ciptakan lingkungan yang suportif. Dengan begitu, para ibu lebih mudah menjangkau pertolongan. Keluar dari kegelapan. Dan menata kesehatan mental yang lebih baik.
***
Referensi:
- MotherHope Indonesia. (2022). Maternal Suicide. Webinar. Diakses dari https://motherhopeindonesia.com/
- Satanggang, S. R. (2023). Wawancara mengenai penyebab depresi. Wawancara.
- Sitanggang, S. R. (2023). Wawancara mengenai multifaktor depresi. Wawancara.
- World Health Organization. (2017). Maternal Mental Health. Diakses dari https://www.who.int/teams/mental-health-and-substance-use/promotion-prevention/maternal-mental-health
- World Health Organization. (2023). Maternal Mental Health. Diakses dari https://www.who.int/teams/mental-health-and-substance-use/promotion-prevention/maternal-mental-health
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI