Para pemimpin gerakan pun punya pertimbangan sendiri. Mereka tidak semata bergerak karena ideologi. Pada masa kesultanan, kiai dan haji memegang martabat tinggi, pengaruh mereka besar.
Kedatangan Belanda dengan administrasi modern mengubah peta. Peran para ulama perlahan tersingkir. Pamong praja naik sebagai elite baru, bekerja untuk pemerintah kolonial dan lebih dipercaya oleh mereka. Wibawa ulama pun tergeser (Jurnal Keraton, 2024).
Pemberontakan menjadi upaya merebut kembali status dan kuasa yang hilang. Jadi, ini bukan hanya perkara doktrin. Ini juga soal perebutan pengaruh, terjadi di tengah arus perubahan sosial.
Intinya, Geger Cilegon adalah ledakan dari banyak masalah yang menumpuk. Ada kemarahan kaum tani yang lama tertindas dan mencapai puncaknya. Ada penolakan terhadap sistem modern yang asing, merugikan, dan sulit dipahami rakyat.
Ada pula pertarungan elite lokal memperebutkan pengaruh. Semua itu dibalut dalam wadah yang kuat bernama agama. Agama menjadi perekat sosial paling tangguh. Jihad menjadi bahasa perlawanan bersama, dipahami dari petani sampai para pemimpinnya.
Memahami Geger Cilegon berarti membukanya setahap demi setahap. Lihat dengan jernih. Bukan sekadar kisah kepahlawanan, bukan pula semata fanatisme agama.
Ini kisah tragis tentang kemiskinan yang bersifat struktural, ditambah hantaman bencana alam yang membuat rakyat putus asa.
Di dalamnya ada tarik-menarik kekuasaan, sekaligus harapan kolektif akan keadilan. Harapan akan tatanan yang mereka anggap lebih benar.
***
Referensi:
- Anwar, M. C. (2022, February 7). Ketika letusan Krakatau 1883 lengkapi derita rakyat Banten. CNBC Indonesia. Diambil dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20220207082517-4-313302/ketika-letusan-krakatau-1883-lengkapi-derita-rakyat-banten
- Fathurohman. (2024, April 21). Kenaikan pajak & pemberontakan ulama-petani Banten 1888. IDN Times Banten. Diambil dari https://banten.idntimes.com/news/banten/kenaikan-pajak-pemberontakan-ulama-dan-petani-banten-1888-00-fx5pg-zckptj
- Kartodirdjo, S. (1966). The peasants' revolt of Banten in 1888: Its conditions, course and sequel (Disertasi doktoral, Universitas Amsterdam).
- Kurniawan, W. (2024). Geger Cilegon 1888: Puncak perlawanan petani Banten terhadap pemerintah kolonial Belanda. KERATON: Journal of History Education and Culture, 8(1). Diambil dari https://journal.univetbantara.ac.id/index.php/keraton/article/view/4218
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI