Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemberontakan Banten 1888 Bukan Sekedar Perang Suci Melawan Penjajah

10 September 2025   05:00 Diperbarui: 31 Agustus 2025   19:00 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perlawanan Banten terhadap VOC. (kemdikbud.go.id via Kompas.com)

Para pemimpin gerakan pun punya pertimbangan sendiri. Mereka tidak semata bergerak karena ideologi. Pada masa kesultanan, kiai dan haji memegang martabat tinggi, pengaruh mereka besar.

Kedatangan Belanda dengan administrasi modern mengubah peta. Peran para ulama perlahan tersingkir. Pamong praja naik sebagai elite baru, bekerja untuk pemerintah kolonial dan lebih dipercaya oleh mereka. Wibawa ulama pun tergeser (Jurnal Keraton, 2024).

Pemberontakan menjadi upaya merebut kembali status dan kuasa yang hilang. Jadi, ini bukan hanya perkara doktrin. Ini juga soal perebutan pengaruh, terjadi di tengah arus perubahan sosial.

Intinya, Geger Cilegon adalah ledakan dari banyak masalah yang menumpuk. Ada kemarahan kaum tani yang lama tertindas dan mencapai puncaknya. Ada penolakan terhadap sistem modern yang asing, merugikan, dan sulit dipahami rakyat.

Ada pula pertarungan elite lokal memperebutkan pengaruh. Semua itu dibalut dalam wadah yang kuat bernama agama. Agama menjadi perekat sosial paling tangguh. Jihad menjadi bahasa perlawanan bersama, dipahami dari petani sampai para pemimpinnya.

Memahami Geger Cilegon berarti membukanya setahap demi setahap. Lihat dengan jernih. Bukan sekadar kisah kepahlawanan, bukan pula semata fanatisme agama.

Ini kisah tragis tentang kemiskinan yang bersifat struktural, ditambah hantaman bencana alam yang membuat rakyat putus asa.

Di dalamnya ada tarik-menarik kekuasaan, sekaligus harapan kolektif akan keadilan. Harapan akan tatanan yang mereka anggap lebih benar.

***

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun