Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengawal Mimpi Pendidikan Anak Indonesia

20 Agustus 2025   07:00 Diperbarui: 18 Agustus 2025   18:56 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana belajar di SDN 1 Curug, Pandeglang, Banten yang masih beralaskan tanah karena pembangunan mangkrak sejak 2017.(ANTARA via Kompas.com)

Tiap orang tua pasti punya mimpi besar buat anaknya. Mimpi mereka sekolah di tempat yang bagus. Belajar dari guru yang keren. Dan tumbuh jadi manusia hebat. 

Tapi realitanya, mimpi itu nggak selalu bisa dinikmati semua anak Indonesia. 

Di balik Aspirasi Pendidikan Bermutu Untuk Semua, masih banyak tantangan yang bikin tujuan itu terasa jauh.

Saya sendiri sebagai orang tua kadang merasa powerless. 

Di satu sisi, saya pengen banget anak-anak di negeri ini punya akses yang setara buat belajar. 

Tapi di sisi lain, saya juga masih sibuk cari cara. Biar anak sendiri bisa sekolah dengan layak. 

Di tengah perjuangan ini, saya jadi sadar. Bahwa pendidikan bukan cuma urusan kurikulum atau nilai akhir. 

Ini soal sistem. Soal siapa yang bisa dan nggak bisa mengaksesnya.

Pendidikan bermutu itu bukan sekadar teori. Ia harus hadir nyata. 

Di sekolah-sekolah pelosok. Di kelas-kelas kecil. Dengan guru yang tetap semangat meski digaji seadanya. 

Dan untuk mewujudkan itu, kita semua harus bergerak. Karena kalau bukan kita, siapa lagi?

Makna Pendidikan Bermutu Menurutku

Buat saya, pendidikan bermutu itu sederhana. Guru yang bermutu. Sistem yang mendukung kesejahteraan mereka. Pemerataan akses untuk semua anak. Dari Sabang sampai Merauke.

Bukan cuma tentang nilai akademik. Atau siapa yang paling pintar. 

Tapi siapa yang bisa dapat kesempatan yang sama untuk belajar. Bertumbuh, dan berkembang.

Sayangnya masih banyak anak di luar sana. Yang bahkan untuk duduk nyaman di ruang kelas layak, tidak dapat.

Masih banyak yang harus jalan kaki berjam-jam ke sekolah. Belajar di ruang tanpa jendela. Tanpa papan tulis yang benar.

Satu masalah terbesar menurut saya adalah sistem. Pendidikan kita strukturnya terkotak-kotak.

Guru yang harusnya jadi ujung tombak pendidikan. Masih ada di bawah kewenangan pemerintah daerah. 

Akibatnya, arah kebijakan di lapangan sering nggak nyambung dengan kebijakan nasional.

Padahal, bagaimana bisa kita bicara soal pendidikan bermutu kalau kebijakan aja nggak sinkron?

Banyak guru yang luar biasa berdedikasi. Tapi nggak didukung sistem yang adil. 

Mereka mengajar dengan sepenuh hati. Tapi gaji tak kunjung naik. Infrastruktur seadanya. 

Tanggung jawab besar. Tapi penghargaan kecil.

Jujur sebagai orangtua. Saya belum bisa banyak berkontribusi. Untuk pendidikan luar rumah.

Yang bisa saya lakukan sekarang adalah bekerja lebih keras. Cari duit lebih banyak. 

Supaya anak bisa bersekolah di tempat yang layak. Punya buku. Punya akses internet. Bisa belajar tanpa rasa cemas.

Dan saya yakin. Banyak orang tua dalam posisi sama. Kita mau pendidikan terbaik untuk anak. Tapi ruang gerak kita terbatas. 

Makanya, saya percaya. Bahwa Aspirasi Pendidikan Bermutu Untuk Semua nggak akan bisa terwujud. Tanpa dukungan bersama. 

Dari semua pihak. Bukan cuma guru atau pemerintah.

Saya pernah lihat sendiri sekolah negeri di salah satu daerah. Dindingnya bolong, atapnya bocor.

Anak-anak duduk di bangku tua yang goyah. Menulis di meja yang sudah miring. Tapi semangat mereka luar biasa.

Mereka tetap datang ke sekolah. Tetap belajar. Tetap bermimpi.

Di tempat lain, ada guru honorer yang tetap mengajar. Meski gajinya jauh di bawah UMR. 

Mereka nggak punya jaminan. Nggak ada tunjangan. 

Tapi mereka tetap datang setiap pagi. Menyapa murid dengan senyum yang sama.

Cerita-cerita seperti ini masih banyak. Dan selama kita tutup mata. Pendidikan berkualitas hanya jadi mimpi bagi anak Indonesia.

Penutup

Pendidikan anak kita adalah cermin masa depan. 

Tapi mimpi soal Aspirasi Pendidikan Bermutu Untuk Semua nggak akan jadi nyata. Kalau cuma mengandalkan segelintir pihak.

Sebagai orang tua, saya tahu sulitnya memastikan anak dapat pendidikan layak. 

Tapi saya juga percaya. Bahwa perubahan bisa dimulai dari kesadaran kecil. 

Bahwa pendidikan bukan cuma urusan guru. Bukan cuma tugas pemerintah. Ini tugas kita semua.

Kita bisa mulai dari hal sederhana. Dengan lebih peduli. Lebih vokal. 

Dan lebih aktif mendukung kebijakan yang adil untuk guru dan siswa. 

Kita bisa ikut kampanye. Berdonasi. Bahkan sekadar menyebarkan cerita agar makin banyak yang sadar.

Karena kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun